Latihan menembak. Foto: Pixabay.com/flynn_chris
Berlatih Menembak, Membuat Peluru, dan Belajar Setir Mobil di Negeri Para Koboi

Date

Di Texas, wilayah kaya minyak di AS yang juga sering disebut sebagai negeri para koboi, saya bertemu dengan seorang lelaki keturunan Belanda namun lancar sekali berbahasa Indonesia.

Setelah belajar intensif selama enam bulan dengan bimbingan seorang Kapten dari Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Darat (TNI-AD), akhirnya saya berhasil meraih skor American English Comprehension Level (AECL) sebesar 82. Skor yang berhasil diraih setelah belajar di Pusat Bahasa yang berada di Lackland Air Force Base (AFB) itu membuka pintu  yang sangat lebar bagi seorang perwira TNI-Angkatan Udara (AU) untuk memasuki Sekolah Penerbangan (Sekbang) di Amerika Serikat (AS) dengan penuh kebanggaan. 

Pada waktu selesai Sekolah Bahasa, kurang lebih pada akhir tahun 1977 menjelang 1978, saya langsung belajar terbang pada level Latih Mula di Medina Annex. Pesawat yang pertama kali saya terbangkan di Medina Annex yang merupakan bagian dari Lackland AFB adalah T-41 B yang dijuluki Mescalero. Selama kurang lebih 25 hingga 30 jam, saya berhasil menerbangkan Mescalero dengan didampingi seorang instruktur penerbang/pilot instructor berpangkat kapten dari Angkatan Udara Amerika Serikat/United States Air Force (USAF).  

Dua fase yang bisa dikatakan amat sangat krusial telah berhasil saya lalui dalam hidup. Pertama, berhasil lulus sekolah bahasa dengan nilai yang baik untuk bisa masuk sekolah penerbang. Kedua, dinyatakan lulus pada level Latih Mula di Sekbang dengan nilai lebih dari baik atau good plus.

Baca juga: https://erisherryanto.com/2023/08/03/semangkuk-soto-kudus-di-kota-bogor/

Karena tidak boleh terlalu cepat berpuas diri sebab hidup terus berjalan dan bumi tak pernah berhenti berputar, saya mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menjalani pendidikan pada fase selanjutnya yaitu Latih Dasar/Lanjut. Kali ini, pendidikan akan saya jalani di Sekbang yang berada di Sheppard AFB. Sheppard AFB adalah pangkalan udara USAF yang terletak lima mil di utara distrik pusat bisnis Wichita Falls, Wichita County, Texas. AFB yang terletak di perbatasan Texas dengan Oklahoma tersebut merupakan pangkalan yang dibangun dengan tujuan pendidikan bagi para perwira yang berasal dari Negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara/North Atlantic Treaty Organization (NATO).

Setelah bertanya kesana kemari kepada rekan-rekan kadet di Sekolah Bahasa, akhirnya saya tahu jika Sheppard AFB adalah salah satu pangkalan udara USAF yang berada di daerah terpencil/remote area. Itulah mengapa saya memutuskan untuk membeli mobil untuk pertama kalinya di AS. 

Baca juga: https://erisherryanto.com/2024/04/04/celana-blue-jeans-dolar-amerika-serikat-dan-pertama-kali-naik-pesawat-terbang-ke-negeri-paman-sam/

Ketika dinyatakan lulus Sekbang, saya memperkirakan kira-kira akan tinggal di AS yang dijuluki Negeri Paman Sam lebih dari satu tahun. Di Texas, wilayah kaya minyak di AS yang juga sering disebut sebagai negeri para koboi, saya bertemu dengan seorang lelaki yang memiliki sebuah keluarga. Hingga hari ini, beliau masih hidup dalam kondisi sehat walafiat, umurnya sekarang kurang lebih 83 tahun. 

Beliau adalah keturunan Belanda namun lancar sekali berbahasa Indonesia karena memang lama tinggal di tanah air. Saya tentu merasa sangat beruntung bisa bercakap-cakap dan mendiskusikan banyak hal dengan seseorang yang bisa berbahasa Indonesia, rasanya seperti kembali berada di tanah air meskipun masih harus menyelesaikan tugas belajar di Sekbang selama lebih dari setahun.   

Ilustrasi peluru. Foto: Pixabay.com/Bna55

Istri dari lelaki yang senang berpenampilan seperti koboi-koboi di Texas itu adalah seorang Warga Negara Indonesia (WNI) keturunan Tiongkok. Mereka memiliki anak seorang perempuan. Ketiganya atau seluruh anggota keluarga pada saat itu sudah menjadi warga negara AS. Mereka tidak memiliki saudara di AS, apalagi Sang Ayah yang juga seorang kepala keluarga adalah seorang anak tunggal. Kedua orang tuanya yang berasal dari Belanda juga sudah meninggal dunia. 

Baca juga: https://erisherryanto.com/2024/04/05/semalam-di-hongkong-bingung-dengan-bahasa-inggris-beraksen-tiongkok/

Mereka sekeluarga juga sudah diusir dari Indonesia akibat suatu pergolakan yang belakangan saya ketahui terjadi kurang lebih pada 1958. Kebijakan pemulangan/repatriasi orang Belanda pernah saya baca di sebuah artikel yang dipublikasikan di media akibat sengketa Pemerintah Indonesia dengan Belanda yang disebabkan perebutan wilayah Irian Barat. Entah mengapa dan saya juga tidak bertanya mengapa keluarga itu memilih untuk bermukim sekaligus menjadi warga negara AS. Namun saya diberitahu jika sang istri masih memiliki keluarga di Jakarta. 

Terlepas dari berbagai kemelut yang terjadi di Indonesia, hingga saat ini saya merasa sangat beruntung sekali bisa dipertemukan dengan beliau di Texas. Pertama kali bertemu dengan Mr. Fritz, beliau terlihat sangat berhati-hati sekali ketika berkenalan dengan orang baru, termasuk saya yang baru saja tiba di AS dari Indonesia. Lelaki yang pada 1977 kira-kira baru berusia 36 tahun itu kemudian saya panggil Pak Fritz. Beliau tinggal di Ibu Kota Texas, Austin. Dari San Antonio, tempat saya belajar sekolah Bahasa di Lackland AFB, kurang lebih satu jam perjalanan naik bus.  

Setelah berkenalan, Pak Fritz mempersilakan saya untuk main ke rumahnya setiap akhir pekan ketika sedang libur. Undangan itu tentu tidak saya sia-siakan. Ketika pertama kali berkunjung ke rumahnya, saya merasa memang sepertinya beliau tidak memiliki teman apalagi sahabat atau teman dekat. Namun itu tidak terlalu menjadi masalah buat kami berdua, saya secara pribadi sangat senang karena dari beliau saya bisa belajar banyak hal, mulai dari pengetahuan tentang mobil hingga komputer. Oh ya, Pak Fritz mencari nafkah dengan bekerja sebagai seorang pegawai di Texas Instruments.

Baca juga: https://erisherryanto.com/2024/04/06/mendarat-di-seattle-nyaris-ketinggalan-pesawatdi-dallas-fort-worth-international-airport/

Kantor pusat Texas Instruments Incorporated (TI) berada di Dallas, Texas. Pada awalnya TI adalah produsen kalkulator yang kini telah berkembang menjadi sepuluh besar perusahaan semikonduktor dan prosesor multi-core terbesar di dunia berdasarkan angka penjualannya.     

Latihan Menembak 

Tak hanya mengerti mobil dan ahli komputer, ternyata Pak Fritz juga seorang jago tembak. Bahkan dia juga dapat membuat peluru sendiri. Kekaguman saya semakin bertambah, ternyata dia tidak hanya berdandan seperti seorang koboi, tapi juga seorang jago tembak seperti tokoh-tokoh protagonis yang sering saya saksikan di film-film western. 

Sebelum berlatih menembak di akhir pekan, saya kadang-kadang membantunya membuat peluru. Sekali lagi saya merasa sangat beruntung bisa berlatih menembak dibimbing Pak Fritz yang ternyata memiliki kualifikasi master menembak seumur hidup. Selain itu, dia juga dipercaya untuk mengurus lapangan tembak yang ada di Austin. Akhir pekan saya jadi terasa sangat indah sekaligus terlalu singkat, kalau berkunjung ke Austin, acara saya macam-macam; mulai dari membuat peluru, berlatih menembak hingga jalan-jalan keliling kota. 

Baca juga: https://erisherryanto.com/2024/05/15/menguji-kesaktian-surat-perintah-dari-kedutaan-besar-as-di-bandara-san-antonio-texas/

Pada suatu ketika, ketika kami sedang berjalan-jalan keliling kota, saya menyampaikan jika waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa saya sudah hampir lulus sekolah Bahasa Inggris. Saya bilang kepada Pak Fritz jika memiliki rencana untuk membeli mobil untuk sarana transportasi ketika mulai masuk Sekbang.  

Pada suatu ketika, saya bilang ke dia kalau sudah hampir lulus sekolah bahasa, kalau sudah lulus, saya akan masuk ke sekolah penerbang. Saya akan beli mobil kalau saya sudah lulus untuk sarana transportasi ketika masuk sekolah penerbang. Dia langsung mendukung rencana saya. Jadi mulai saat itu, dia mengajari saya menyetir mobil. Mulai dari teori hingga cara ujian untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) di AS. Setelah dinilai mampu mengemudikan mobil dengan baik, dia kembali membantu saya mencari mobil-mobil bekas. 

Hasilnya adalah mobil pertama yang berhasil saya beli sekaligus memberikan kesan yang sangat mendalam di dalam hati hingga kini. Sayang mobil itu tidak bisa saya bawa kembali ke Indonesia setelah lulus Sekbang di AS. Namun saya berjanji akan menceritakan mobil kebanggaan saya sekaligus perjuangan memperoleh SIM di AS pada artikel selanjutnya.{}

Share this

Baca
Artikel Lainnya