Pesawat tempur F-16 Fighting Falcon. (Foto: Pixabay)
Taktik F-16 Ukraina Menghadapi Pertahanan Udara Rusia

Date

Pesawat tempur legendaris F-16 sumbangan dari negara-negara barat mulai dikerahkan Ukraina untuk melakukan misi intelijen elektronik/ electronic intelligence (Elint).

Misi Elint digelar untuk melakukan deteksi sekaligus mengidentifikasi sistem pertahanan udara Rusia, salah satunya adalah S-400.  

F-16 yang merupakan pesawat tempur generasi keempat membutuhkan sistem peralatan tambahan untuk melakukan misi Elint karena keterbatasan spesifikasi pesawat. Dirilis dari Bulgarian Military, seorang pilot pesawat tempur/fighter pilot Angkatan Udara Ukraina yang menerbangkan F-16 mengungkapkan ada tiga misi yang digelar jet tempur dengan julukan Fighting Falcon itu dalam konflik dengan Rusia. Pertama misi tempur, kedua pengawalan, dan terakhir atau ketiga pengumpulan informasi intelijen menggunakan perangkat elektronik/electronic intelligence (Elint).

Pengerahan F-16 Fighting Falcon oleh Angkatan Udara Ukraina dalam misi intelijen elektronik untuk melakukan deteksi sekaligus identifikasi terhadap posisi sistem pertahanan udara Rusia menarik untuk diamati. Beberapa kajian dapat dikemukakan terkait dengan aspek taktis hingga teknis.

Baca juga:

Terkait kapabilitas platform, sebagai jet tempur multi peran/multi role, Fighting Falcon memang dapat dikerahkan untuk berbagai misi. Mulai dari serangan darat/air to ground attack hingga pengawalan udara dan menghancurkan pertahanan udara musuh/Suppression of Enemy Air Defenses (SEAD).

Tetapi untuk misi Elint, F-16 bukan platform yang ideal, Pesawat khusus seperti RC-135 Rivet Joint Angkatan Udara Amerika Serikat/United States Air Force (USAF) jauh lebih efektif untuk dikerahkan dalam mengumpulkan dan menganalisa informasi intelijen. Pesawat mata-mata yang dioperasikan oleh USAF dan Angkatan Udara Kerajaan Inggris/Royal Air Force (RAF) sangat efektif untuk mengumpulkan data optik dan elektronik untuk mengidentifikasi target balistik.

Kemungkinan besar AS dan negara-negara barat sekutunya yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara/North Atlantic Treaty Organization (NATO) ingin menjadikan wilayah konflik Rusia dengan Ukraina sebagai ajang eksperimen sampai sejauh mana kemampuan F-16 dapat melakukan misi Elint.

Baca juga:

Selain RC-135 Rivet Joint, AS dan negara-negara NATO juga masih memiliki pesawat mata-mata yang lebih dapat diandalkan apabila dibandingkan dengan F-16. Pesawat mata-mata yang dimaksud adalah EP-3 Aries atau Airborne Reconnaissance Integrated Electronic System. Dioperasikan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat/United States (US) Navy, pesawat bermesin turboprop yang memiliki sayap rendah itu memang didesain untuk pengumpulan sinyal intelijen/signals intelligence (Sigint).

Sekali lagi, asumsi tentang intensi AS dan negara sekutunya di NATO yang kemungkinan besar telah melengkapi F-16 dengan peralatan khusus memperkuat dugaan tentang upaya menjadikan Fighting Falcon sebagai pesawat mata-mata. Meskipun diduga kuat hanya dilengkapi dengan perangkat pendeteksi yang merupakan peralatan electronic countermeasure (ECM), dan bukan platform Elint yang telah teruji mampu menyadap sekaligus menganalisa sistem elektronik lawan; dapat diindikasikan F-16 memang tengah diuji coba untuk melakukan misi pengintaian.   

Namun tidak ada ada makan siang yang gratis/there is no free lunch. Uji coba misi pengintaian yang dilakukan F-16 Ukraina terhadap sistem pertahanan udara Rusia memiliki beberapa risiko yang harus diperhitungkan dengan penuh kehati-hatian. Pertama tentu saja F-16 sangat rentan terhadap serangan dari pertahanan udara berlapis Rusia, mulai dari S-300 hingga S-400. Sistem pertahanan udara berupa peluru kendali tersebut dapat mendeteksi pesawat tempur generasi keempat seperti F-16 dari jarak jauh sekaligus dapat merilis rudal dengan kecepatan tinggi/supersonik maupun hipersonik.

Baca juga:

         Kedua, Fighting Falcon tidak memiliki kemampuan untuk bertahan lama di wilayah target/dwell time seperti pesawat Elint. Dampaknya tentu saja sangat jelas yaitu waktu yang sangat terbatas untuk mengumpulkan/collecting data-data intelijen di wilayah pengintaian yang merupakan area musuh.

Ketiga, sistem radar over the horizon dan sensor infra merah milik Rusia dapat mendeteksi pesawat yang sedang terbang rendah pada ketinggian tertentu; untuk menghindari deteksi radar dan sensor infra merah/infra red sensored technology (IRST), satu-satunya taktik yang dapat diterapkan oleh para penerbang tempur Ukraina, termasuk yang menjadi narasumber bulgarian military, meski tidak bersedia disebutkan namanya (anonim) adalah dengan terbang rendah. Taktik penerbangan rendah yang dikenal dengan nap to earth flight telah teruji dan terbukti untuk menghindari deteksi radar dan sensor dalam berbagai misi.   

         Dari ketiga uraian yang telah dikemukakan, maka akan jauh lebih baik baik Ukraina untuk meminta dukungan dari sekutunya yaitu negara-negara barat maupun anggota NATO lainnya. Strategi berbagi data dapat mengantisipasi risiko Ukraina kehilangan pesawat tempur seperti F-16 Fighting Falcon yang justru akan jauh lebih efektif apabila dioperasikan sesuai dengan peruntukannya yaitu untuk misi tempur.

Baca juga:

         Terakhir, namun tidak kalah penting/last but not least; ada sedikit tambahan terkait dengan tugas yang dapat dilakukan F-16 untuk misi Elint; dapat diperkirakan data yang terdeteksi peralatan Elint akan menjadi bagian penting dari pangkalan data/database dari negara-negara anggota NATO dan AS. Kemungkinan besar data yang diperoleh akan digunakan oleh AS dan negara-negara sekutunya di NATO untuk merumuskan taktik dalam melawan Rusia. Hal tersebut sangat sangat penting agar setiap misi yang digelar dapat menggunakan taktik yang data-datanya diambil dari peralatan Elint yang dibawa F-16 Ukraina.{}

Share this

Baca
Artikel Lainnya