Pesawat tempur F-16 lepas landas. Sumber: Pexels/Abdul Aziz
Pelajaran dari Kegagalan Operasi Udara Israel di Jalur Gaza

Date

Komandan Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Force/IDF), Letnan Shahar Ben Nun, tewas akibat bom yang dijatuhkan oleh jet tempur angkatan udara Israel.

Dilansir dari Jpost, seperti dikutip dari cnnindonesia.com, Letnan Shahrar yang menjabat sebagai komandan di Unit Pengintaian Pasukan Terjun Payung IDF tewas ketika bertempur di Jalur Gaza Selatan. Selain Shahrar, enam tentara IDF lain juga mengalami luka-luka berat akibat bom yang dijatuhkan dari pesawat Angkatan Udara Israel di Khan Younis.     

Pada awalnya rencana operasi disusun untuk menyerang dua target bersamaan. Tetapi pada saat insiden terjadi, satu unit pesawat tempur yang seharusnya menyerang target operasi yang berada 300 meter dari Pasukan Terjun Payung IDF justru menyerang sebuah apartemen yang terletak di dekat tempat tinggal pasukan IDF dan menyebabkan tewasnya Letnan Shahrar dan terlukanya enam personel IDF. Angkatan Udara Israel merilis pernyataan jika insiden disebabkan oleh kerusakan sistem navigasi bom.

Penjelasan Angkatan Udara IDF yang menyatakan jika insiden terjadi akibat sistem navigasi bom yang mengalami kerusakan perlu dicermati dengan penuh kehati-hatian. Dalam sebuah operasi udara, terutama yang terkait dengan dukungan langsung terhadap pasukan darat, presisi adalah segalanya. Bom pintar atau rudal yang salah sasaran bisa berakibat fatal, seperti yang menimpa pasukan IDF. Teknologi yang digunakan untuk penyimpanan amunisi pesawat jet tempur seperti bom hingga peluru kendali harus dapat diandalkan. Oleh sebab itu, pemeliharaan dan pengawasan sistem senjata IDF patut dipertanyakan

Selain itu, sebelum operasi digelar, perlu terlebih dahulu dilakukan prosedur identifikasi target yang sangat akurat dan penilaian risiko yang ketat. Dalam operasi tempur di berbagai matra, baik darat, laut maupun udara, perlu diperhatikan potensi “friction” atau gesekan di medan operasi. Banyak sekali terjadi hal-hal yang tidak terduga atau tidak dapat diprediksi. Namun, itu semua harus diantisipasi dengan prosedur yang baku untuk memastikan agar risiko kesalahan dapat diminimalisir. Dalam insiden kali ini tampaknya IDF gagal mengelola risiko tersebut.

Berikutnya, dalam suatu operasi gabungan antar matra, koordinasi antara unit udara dan personel yang beroperasi di darat harus dilakukan dengan sangat ketat. Kesalahan sekecil apapun, terutama yang terkait dengan komunikasi dapat menyebabkan terjadinya korban sia-sia yang akan sangat disayangkan. Tewasnya seorang perwira dan terlukanya enam orang prajurit di darat akibat serangan yang salah sasaran memperlihatkan dengan jelas jika terjadi kegagalan dalam komando dan pengendalian (Kodal) di medan operasi. Kegagalan dalam berkoordinasi atau berkomunikasi mengenai lokasi unit darat secara real-time kepada penerbang di kokpit pesawat tempur akan merusak operasi yang telah direncanakan dengan matang. 

Dari perspektif strategis, insiden yang menimpa IDF bisa merusak moral pasukan. Korban tewas akibat “friendly fire” selalu menjadi pukulan berat bagi tentara di negara manapun, bukan hanya karena jatuhnya korban sia-sia, tetapi juga sangat berpotensi hilangnya kepercayaan antar unit, bahkan matra atau angkatan. Selain itu, yang jauh lebih penting adalah insiden dapat memengaruhi persepsi publik terhadap operasi militer yang tengah digelar, apalagi jika diberitakan secara intensif oleh media massa. 

Operasi udara pesawat tempur. Foto: Pexels/Guy Seela

Insiden kemungkinan besar akan mendorong dilakukannya evaluasi secara menyeluruh/total terhadap prosedur operasional standar/standard operating procedure (SOP) serta penggunaan teknologi senjata di pesawat tempur. Besar kemungkinan IDF dan Israel Air Force (IAF) akan melakukan peninjauan ulang terhadap prosedur serangan udara yang digelar di wilayah operasi. 

Insiden yang dialami IDF di Jalur Gaza dapat memberikan banyak pelajaran berharga. Baik bagi angkatan udara di berbagai negara maupun angkatan darat di seluruh dunia. Terlepas dari latar belakang keyakinan atau ideologi yang menjadi penyebab terjadinya perang, berikut dapat diuraikan empat hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian serupa terulang: 

  1. Laporan yang terus menerus diperbaharui/update terhadap posisi pasukan. Artinya sebelum, ketika dan setelah operasi digelar, pergerakan pasukan di udara maupun di darat harus terpantau terus menerus. Jangan sampai terjadi hilang kontak/lost contact.
  1. Perlunya net centric warfare (NCW) yang dikoneksikan dengan data link sehingga posisi kawan dan lawan dapat teridentifikasi sehingga dapat digambarkan dengan jelas. NCW adalah doktrin atau teori perang militer yang berbasis pada konektivitas jaringan komunikasi dan data secara real time. NCW bertujuan untuk meningkatkan kekuatan tempur melalui sensor jaringan, pengambil keputusan, dan penyerangan/penembakan untuk mencapai kesadaran kolektif pasukan di medan operasi, peningkatan kecepatan komando, tempo operasi yang lebih tinggi hingga jumlah korban di pihak lawan yang lebih besar, serta peningkatan kemampuan bertahan hidup di pihak kawan. Selain itu, NCW juga memungkinkan integrasi data dan sumber daya secara real-time, meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan, serta memfasilitasi koordinasi yang lebih efektif antara berbagai entitas militer. Terakhir, NCW juga mendukung pengerahan seluruh unsur yang terlibat dalam pertempuran, memberikan gambaran situasi bersama yang lebih adaptif, serta memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih tepat dan cepat serta terukur dan dapat dipertanggungjawabkan.
  1. Setiap tugas penyerangan harus didukung dengan data intelijen yang akurat dan mutakhir/update. Tanpa dukungan data intelijen yang akurat dan mutakhir, keputusan paling bijaksana adalah menunda atau bahkan membatalkan operasi. 
  1. ⁠Poin pertama, kedua dan ketiga tentu saja harus dikoordinir oleh satuan atas yang membawahi wilayah dalam pertempuran.

Demikian uraian singkat dan beberapa pelajaran berharga yang dapat dijadikan pertimbangan bagi seluruh perwira operasi baik dari angkatan udara maupun angkatan darat dari berbagai negara di seluruh belahan dunia. Langit sangatlah luas, tetapi tidak ada ruang sedikitpun untuk berbuat kesalahan/The sky is vast but there is no room for error.{}

Share this

Baca
Artikel Lainnya