Tidak jauh berbeda, bahkan bisa dikatakan sama persis dengan pangkalan-pangkalan angkatan udara di berbagai belahan dunia, Sheppard AFB juga dijaga ketat oleh polisi militer (PM)/Military Police (MP).
Kepada petugas yang berjaga di pintu masuk, saya menunjukkan surat perintah dari Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Jakarta agar melapor di Building 1011, kalau tidak salah ingat. Ternyata gedung/building itu adalah tempat penerimaan bagi kadet baru seperti saya. Petugas PM yang bertugas di pos penjagaan menunjukkan peta AFB ketika saya bertanya letak bangunan.
Pontiac saya kemudikan perlahan menyusuri bangunan agar bisa memperhatikan nomor gedung-gedung yang dilintasi. Ternyata di AFB yang merupakan kompleks pelatihan terlengkap Komando Pelatihan dan Pendidikan Angkatan Udara AS/United States Air Force (USAF) itu, bangunan dikelompokkan berdasarkan angka. Ada kelompok 1000, 1110 hingga 1200. Pengelompokan itu tentu sangat membantu saya yang baru tiba untuk pertama kalinya.
Baca juga:
Pada awalnya, saya yang sedikit khawatir akan tersesat di AFB yang sangat luas itu ternyata dapat dengan mudah menemukan gedung yang diberitahu oleh petugas di penjagaan. Hati saya tentu saja sangat bahagia. Setelah parkir dan melaporkan kedatangan kepada petugas sebagai calon kadet Sekolah Penerbang (Sekbang), saya kembali diarahkan ke gedung bernomor sekian untuk menginap pada malam itu dan seterusnya hingga selesai menempuh pendidikan. Pembayaran setiap bulan juga diberi tahu nominalnya, begitu juga jadwal kelas, makan, olah raga, upacara dan lain sebagainya.
Selain saya, sebelumnya sudah ada dua orang perwira Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU) yang tiba terlebih dahulu di Sheppard. Dua orang perwira tiba enam minggu sebelum saya yaitu Surya Dharma dan Hari Mulyono. Pada malam itu juga, Minggu 5 Februari 1978, saya mendatangi gedung mereka.
Baca juga:
Namun jika di tempat pertama kali melapor, sedikit mobil yang parkir karena setelah selesai melapor langsung pergi, di gedung tempat tinggal siswa Sekbang, mobil berderet penuh di area parkir. Setelah tengok kiri-kanan, ketika melihat ruang/space yang kosong, tanpa berpikir panjang, Pontiac mobil pertama yang dibeli dengan uang saku dari pemerintah Republik Indonesia, saya parkir di ujung.
Saya bergegas turun agar bisa segera bertemu dengan Surya Dharma dan Hari Mulyono. Surya Dharma adalah teman seangkatan. Kami berdua alumni Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) Udara di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) angkatan 1976.
Jadi ketika bertemu kembali di AS, kami berdua masih berpangkat Letnan Dua (Letda). Sementara Harry Mulyono adalah senior kami berdua. Beliau alumni Akabri Udara angkatan 1969. Pada saat bertemu di AS, Pak Harry sudah berpangkat Kapten Teknik Pesawat. Sangat disayangkan pada Juni 1979, Kapten Harry gugur akibat kecelakaan pesawat T-33 Shooting Star.
Baca juga:
Setelah bertemu mereka berdua yang tiba terlebih dahulu di Sheppard AFB, kami bertiga saling bertukar cerita. Tentu saja mereka berdua kaget saya bisa tiba di tujuan dengan selamat dan tidak tersesat. Rasanya bahagia sekali bisa bertemu teman-teman dari Indonesia di negeri orang.
Saya yang sebelumnya kemana-mana selalu sendirian, akhirnya punya teman. Hanya tiga hal yang kami lakukan bertiga ketika pertama kali bertemu di Sheppard AFB yaitu ngobrol, ngobrol dan ngobrol. Kami sampai lupa waktu sampai Surya Dharma bertanya apakah saya sudah makan? Pertanyaan itu saya jawab dengan jujur jika selama 12 jam selama menempuh perjalanan darat hanya makan snack dan berbagai macam roti.
Kebetulan sekali mereka berdua baru selesai memasak nasi. Kami bertiga makan dengan lauk seadanya. Setelah hampir setengah hari atau dua belas jam, tidak makan nasi, saya merasa nasi yang dimasak kedua teman saya terasa sangat nikmat. Selesai makan malam, saya disuruh menurunkan barang. Tanpa menunggu lama karena hari sudah larut malam, saya menghampiri mobil yang diparkir paling ujung, namun ternyata kunci bagasi/trunk tidak bisa dibuka. Waduh, masalah apalagi ini?
Baca juga:
Pada malam itu, ketebalan salju mencapai tujuh inch atau kurang lebih 15 centimeter. Tidak ada warna lain kecuali putih yang terlihat di luar gedung tempat menginap para siswa Sekbang yang dipanggil kadet. Saya sudah terlalu lelah untuk berpikir mencari solusi bagaimana mengeluarkan barang-barang di dalam bagasi. Ketika kembali ke kamar teman-teman, mereka meminta agar saya tidak perlu kembali ke asrama tempat tinggal.
Mereka menyuruh saya tidur di kamar mereka berdua yang dilengkapi tempat tidur bertingkat. Kasur tempat tidur yang di bawah keras, sementara yang di atas empuk. Kapten Harry menurunkan kasur yang di atas kemudian menyuruh saya tidur. Tanpa berpikir panjang. Saya yang masih memakai overcoat sejak memulai perjalanan dari pagi hari tidak sempat melepasnya. Saya juga tidak berani mandi karena takut kedinginan.
Setelah berbaring sejenak, saya tertidur sambil memakai celana jeans, kaos kaki dan overcoat yang setia menemani perjalanan darat/road trip terpanjang dalam hidup. Perjalanan panjang di tengah badai salju yang terjadi sejak start dari San Antonio, Texas dan finish di Sheppard AFB yang berada di perbatasan Negara Bagian Texas dengan Oklahoma.{}
.