Pesawat Aerobatic Aviat Pitts S2C. Foto: Instagram TNI-AU.
Terbang Aerobatik bersama Pesawat Pitts

Date

Di masa depan, aksi penerbangan aerobatik diharapkan dapat dijadikan alat strategis untuk menunjukkan kemampuan, kreativitas, dan keunggulan Republik Indonesia (RI) di bidang kedirgantaraan.

Pada akhir November lalu, tepatnya Jumat, 29 November 2024, saya diberi kehormatan untuk melakukan aksi terbang aerobatik di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur. Dalam acara bertajuk “Indonesia International Stuntman Show” atau IISS, yang digelar Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU) yang berkolaborasi dengan CRK Entertainment itu, seperti biasa, saya terbang menggunakan pesawat kebanggaan Aviat Pitts S2C dengan registrasi PK-SEH. 

Kurang lebih 15 tahun saya menerbangkan Aviat Pitts S2C. Sejak 2009, saya mulai menggeluti penerbangan aerobatik dengan menggunakan pesawat Pitts. Sebelumnya selama kurang lebih 17 tahun, saya diberi kepercayaan sekaligus kehormatan untuk menerbangkan berbagai jenis pesawat tempur di TNI-AU. Jam terbang yang tercatat di buku catatan penerbang tempur/logbook yang hingga kini masih tersimpan dengan baik adalah 3300 jam. Dari total 3300 jam, yang paling banyak adalah F-5 Tiger II yaitu 2200 jam. Logbook mencatat pada 1993, terbang F-5 selama 1000 jam pada 1993 dan 2000 jam pada 1996.

Pesawat yang saya terbangkan sejak menjadi siswa sekolah penerbang (Sekbang) di Amerika Serikat (AS) T-33 yang dijuluki T-Bird dan kemudian setelah pulang ke Indonesia diberi kepercayaan untuk menerbangkan F-86 Saber, F-5 Tiger II, F-16 Fighting Falcon dan terakhir Hawk-100/200 ketika bertugas di Pangkalan TNI-AU (Lanud) Roesmin Nurjadin, Pekanbaru, Provinsi Riau.   

Baca Juga:

Manuver Aviat Pitts S2C 5 memang sangat jauh berbeda dengan F-16. Kedua jenis pesawat bahkan tidak bisa dibandingkan karena F-16 yang dijuluki Fighting Falcon adalah pesawat jet tempur generasi keempat yang memiliki performa tinggi/high performance. Sementara Pitts S2C adalah pesawat sangat sederhana yang didesain pada awal tahun 1940-an. Sistem avioniknya sangat sederhana dan susah diterbangkan karena keterbatasan pandangan ke depan.

Namun kemampuan maksimal pesawat dapat dicapai apabila diterbangkan oleh pilot yang terlatih secara rutin. Terbang aerobatik memang membutuhkan fisik dan stamina yang prima. Seseorang pernah bertanya; bagaimana saya yang telah berusia 70 tahun mempersiapkan fisik sebelum melakukan aksi aerobatik?

Jawabannya: pada dasarnya terkait fisik untuk menghadapi gaya-gaya gravitasi membuat saya menjaga stamina dengan berolahraga secara rutin setiap pekan. Terbang dengan berbagai macam bentuk manuver di ketinggian rendah memiliki risiko yang sangat besar dan tentunya latihan yang rutin dapat mengatasi risiko-risiko yang akan dihadapi.

Baca Juga: Pertama Kali Belajar Terbang di Langit Texas

Selain latihan fisik, sebuah pertanyaan juga pernah disampaikan terkait apa perbedaan aksi aerobatik yang saya lakukan menggunakan pesawat Pitts, dengan atraksi yang dilakukan Jupiter Aerobatic Team (JAT) TNI-AU yang menggunakan pesawat KT-1b Wong Bee buatan Korea Selatan (Korsel)?

Melalu artikel ini, saya mencoba menjawab pertanyaan itu. Tim JAT TNI-AU masih melakukan berbagai latihan berupa beragam manuver karena pada suatu saat akan ditampilkan di publik. Dengan kata lain JAT mengutamakan keindahan. Manuver-manuver yang dilakukan tim aerobatik kebanggaan Indonesia sekaligus TNI-AU itu di udara memang terlihat indah karena dilakukan oleh beberapa pesawat.

Sementara aerobatik seperti yang saya lakukan lebih kepada bagaimana memaksimalkan kemampuan pesawat di dalam bermanuver ketika terbang. Jadi aerobatik yang saya lakukan sangat-sangat personal dan juga sangat jarang pesawat-pesawat di Indonesia yang dapat melakukan aksi full aerobatik. Jadi pada intinya perbedaan single aerobatic dan aerobatic team adalah single aerobatic mengandalkan manuver yang mendekati kemampuan pesawat sedangkan aerobatic team mengutamakan keindahan, disiplin dan koordinasi sehingga indah dilihat.

Baca juga:

Pertanyaan selanjutnya adalah tentang kemungkinan saya melakukan aksi aerobatik bersama tim JAT. Pertanyaan itu akan coba saya jawab pada artikel berikutnya. Namun saya melihat perkembangan aerobatik di Indonesia dalam waktu dekat tidak akan banyak perkembangan karena beberapa faktor. Institusi maupun profesi yang bisa melakukan aerobatik ini biasanya hanya di TNI-AU. Sementara hingga saat ini di lingkungan sipil masih belum ada.

Aksi Aerobatic pesawat Aviat Pitts S2C yang saya terbangkan. Foto: Instagram TNI-AU.

Jadi segala sesuatu terkait perkembangan dan kemajuan penerbangan aerobatik harus  diserahkan sepenuhnya kepada personel angkatan udara. Sekali lagi mungkin TNI-AU melalui JAT bisa menjadi pelopor dalam mengembangkan penerbangan aerobatik di langit Indonesia pada masa yang akan datang. Sambil berharap kepada institusi TNI-AU, secara pribadi saya merasa ada sesuatu yang kurang jika tidak terbang selama satu atau dua bulan. Oleh sebab itu setiap pekan, di hari Sabtu, saya selalu berusaha meluangkan waktu untuk berlatih terbang aerobatic di Bandar Udara (Bandara) Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur.

Baca juga: Pentingnya Menguasai Bahasa Inggris bagi Penerbang Pesawat Tempur F-16

Ketika lepas landas/take off dari landasan/runway, saya selalu berdoa sekaligus berharap agar TNI-AU dapat menjadi pelopor untuk memfasilitasi perkembangan penerbangan aerobatik di Indonesia. Tentu para prajurit apalagi pimpinan TNI-AU termasuk Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) mengerti dengan baik jika penerbangan aerobatik dapat menjadi ajang yang efektif untuk mempertontonkan soft power sebuah negara, termasuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Jadi tidak berlebihan jika ke depan diharapkan aksi penerbangan aerobatik dapat dijadikan alat strategis untuk menunjukkan kemampuan, kreativitas, dan keunggulan Republik Indonesia (RI) di bidang kedirgantaraan. Ke depan untuk kelangsungan kegiatan ini memang harus dimotori oleh TNI-AU untuk mencetak para pilot aerobatik yang hobby terbang; baik yang berasal dari kalangan penerbang sipil maupun dari internal penerbang yang berasal dari TNI-AU.{}

Share this

Baca
Artikel Lainnya