Pada Senin, 20 Januari 2025, Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI) Purnawirawan (Purn.) Dudung Abdurachman, menerima kunjungan dari Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan). Sebagai Ketua Forkominhan, saya merasa diberi kehormatan oleh Jenderal Dudung yang juga menjabat sebagai Penasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional.
Dalam audiensi yang berlangsung selama kurang lebih dua jam, banyak sekali yang kami diskusikan. Pertama tentu saja target Presiden Republik Indonesia (RI) Kedelapan, Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto, yang menargetkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen pada era pemerintahannya.
Dalam upaya mendukung target pertumbuhan itu, salah satu sektor strategis yang harus dibangun adalah Industri Pertahanan (Inhan) di dalam negeri. Agar dapat memberikan kontribusi yang signifikan, pembangunan ekosistem juga harus dilakukan dengan perencanaan yang matang di semua lini agar terintegrasi.
Baca juga:
Perencanaan dan integrasi harus dilakukan karena pembangunan Inhan tidak hanya tentang kemandirian alat utama sistem senjata (Alutsista). Perencanaan untuk pembangunan yang terintegrasi juga harus dapat menjadi katalisator dalam menciptakan lapangan kerja hingga alih teknologi serta peluang ekspor.
Di masa depan tentu saja sangat diharapkan peluang ekspor produk-produk Inhan Indonesia dapat mendongkrak produk domestik bruto (PDB) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar mencapai target delapan persen seperti yang ditargetkan oleh Presiden Kedelapan Republik Indonesia (RI).
Inhan, dengan segala kompleksitasnya di satu sisi menawarkan berbagai peluang besar melalui hilirisasi bahan baku dan investasi teknologi hingga terciptanya lapangan kerja yang berkualitas. Sementara di sisi lain, Indonesia memiliki sumber daya, baik sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) yang sangat potensial. Apabila SDA dan SDM dapat diintegrasikan dengan dukungan kehendak politik/political will pemerintah, maka pembangunan sentra Inhan dapat dilakukan dengan membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Baca juga:
Empat negara dapat dijadikan contoh pembangunan Inhan yang terintegrasi; mulai dari Turki, Korea Selatan (Korsel), India hingga Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Dari keempat negara itu, Indonesia dapat mempelajari bagaimana membagun ekosistem Inhan yang mandiri sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDB. Jadi tidak terlalu sulit, dalam waktu dekat, yang harus dilakukan oleh Indonesia adalah menjadikan model pembangunan Inhan di keempat negara tersebut sebagai referensi.
Selain itu, seluruh pemangku kepentingan termasuk SDM hingga tingkat lokal yang memiliki inovasi dan ide-ide orisinal juga harus dilibatkan. Seperti yang pernah dikemukakan oleh Presiden Pertama RI, Bung Karno yaitu;“Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, sementara satu orang muda dapat mengubah dunia.”, maka generasi muda harus dijadikan tulang punggung pembangunan Inhan modern di Indonesia agar mampu bersaing dengan produsen Alutsista global.
Karena apa yang telah diuraikan, pelaksanaannya pasti tidak semudah membalik telapak tangan, maka KKIP dan Forkominhan telah menyusun berbagai rencana hingga langkah-langkah strategis. Tiga rekomendasi sudah disepakati pada audiensi perdana yaitu; pertama, penyusunan peta jalan/roadmap inhan Indonesia melalui diskusi kelompok terarah/focus group discussion (FGD) yang digelar secara rutin. Kedua, hilirisasi Inhan dengan pendekatan end-to-end untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga. Ketiga atau terakhir adalah penguatan kolaborasi lintas sektoral untuk mendorong inovasi teknologi dan menciptakan produk unggulan karya anak bangsa.
Baca juga:
Penjelasan detail tentang ketiga rekomendasi tersebut akan diuraikan satu persatu secara komprehensif pada artikel berikutnya. Namun hasil audiensi diharapkan dapat memberikan masukan konkret terhadap penyusunan kebijakan yang berkelanjutan terhadap sektor Inhan. Peluang besar terbuka lebar bagi Indonesia untuk dimanfaatkan dalam ranah diplomasi internasional, baik secara bilateral, trilateral hingga multilateral agar dapat membangun kemandirian teknologi pertahanan.
Tidak hanya itu, Inhan di Indonesia juga dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan ketika melakukan negosiasi untuk merumuskan suatu kepekatan atau perjanjian/bargaining chip. Kembali lagi kepada empat negara yang dapat dijadikan referensi Indonesia yaitu Turki, Korsel, India hingga RRT, dapat dilihat dengan jelas jika Inhan memberikan keunggulan strategis bagi suatu negara dalam konteks geopolitik. Karena selain mendukung pembangunan pertahanan nasional, Inhan juga membuka lebar pintu yang dapat dijadikan peluang bagi diplomasi formal.
Sebagai negara terbesar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia dapat menjadikan Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) sebagai ruang atau pintu masuk/entry point untuk memasarkan produk-produk Inhan yang kompetitif. Sebagai pengguna, Negara-negara anggota ASEAN juga dapat dijadikan mitra untuk mengembangkan Inhan di Indonesia.
Baca juga:
Peluang yang terbuka lebar dengan segenap potensi yang dimiliki Indonesia menjadikan Forkominhan percaya dengan kemajuan Inhan di tanah air. Sinergi yang kuat antara pemerintah dan pelaku industri tentu diharapkan dapat menjadikan target pertumbuhan ekonomi dapat diwujudkan. Di masa depan, tidak berlebihan jika cita-cita bersama KKIP dan Forkominhan adalah Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam Inhan global.{}