Foto oleh Somchai Kongkamsri: https://www.pexels.com/id-id/foto/empat-prajurit-membawa-senapan-di-dekat-helikopter-di-bawah-langit-biru-20258/
Perang Generasi Keempat

Date

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (Deplu AS), Matthew Miller, menegaskan jika negaranya tidak akan mengirimkan pasukan untuk berperang di Ukraina. Dikutip dari Agence France-Presse (AFP), keputusan tersebut menurut Mathew merupakan kebijakan dari Presiden AS, Joe Biden.

Seperti diberitakan di berbagai media, peperangan yang terjadi di Ukraina akibat agresi yang dilakukan oleh Rusia telah berlangsung lebih dari dua tahun. Berbagai pelajaran berharga dapat dipelajari oleh seluruh negara di dunia dari perang yang masih berlangsung hingga hari ini. Sebagai bagian dari rangkaian perang yang pernah terjadi di berbagai belahan dunia, perang Ukraina versus Rusia dapat dikategorikan dalam perang modern atau generasi terakhir. Setelah membahas Perang Generasi Pertama, Kedua dan Ketiga pada tulisan sebelumnya, artikel kali ini akan membahas Perang Generasi Keempat.

Perang Generasi Keempat

Perang Generasi Keempat/4 Generation War (4GW) merupakan paradigma baru dalam evolusi konflik global yang memperlihatkan perubahan fundamental dalam perang. Terlepas dari karakteristik konvensional dari perang yang melibatkan militer, 4GW menekankan penggunaan kekuatan non-militer; mulai dari elemen psikologis, ideologis, dan teknologi informasi.

Konflik dalam 4GW melibatkan aktor-aktor non-negara/non state actors yang mengedepankan dimensi ideologis, psikologis, dan informasi. Ada tiga karakteristik utama dalam perang generasi ini; pertama adalah non-linieritas, dimana konflik tidak mengikuti pola konvensional dan melibatkan pertempuran di berbagai bidang, seperti media dalam kaitannya dengan opini publik dan aspek ekonomi. Kedua, asimetri informasi berkaitan dengan pemanfaatan perkembangan teknologi komunikasi untuk mengguncang stabilitas dan merongrong kepercayaan masyarakat, serta menciptakan kebingungan dan ketidakpastian. Terakhir atau ketiga adalah keterlibatan non state actors seperti kelompok teroris, entitas korporat, dan kelompok sub-negara. Ketiganya memiliki peran yang signifikan untuk membingkai konflik melampaui batas geopolitik tradisional.

Tiga penyebab terjadinya 4GW adalah globalisasi yang ditandai dengan interkoneksi ekonomi dan informasi mendalam yang memberi peluang bagi kelompok non-negara akses kepada sumber daya dan pengaruh global. Kedua adalah teknologi informasi yang terus berkembang, akibatnya Itu semua menciptakan platform yang memungkinkan manipulasi informasi melalui media. Ketiga, fragmentasi identitas yang menyebabkan pergeseran identitas nasional ke identitas suku, agama, atau ideologi – dampaknya terjadi konsolidasi kelompok-kelompok kecil yang memiliki agenda masing-masing sesuai dengan kepentingan dan karakteristiknya.

Dalam 4GW strategi dan taktik yang diterapkan adalah operasi psikologis yang dilakukan untuk memenangkan hati dan pikiran lawan. Media massa baik cetak hingga elektronik digunakan sebagai alat propaganda untuk memengaruhi opini publik/public opinion. Propaganda juga dilakukan melalui perang urat syaraf untuk mendelegitimasi pemerintah atau institusi terkait lainnya. Hal itu kemudian ditindaklanjuti dengan serangan yang bertujuan untuk merusak infrastruktur publik yang pada ujungnya menciptakan destabilisasi. Untuk melakukan itu semua kemudian digalang kerja sama antara kelompok teroris hingga korporasi dan aktor non-negara lainnya dalam upaya mencapai tujuan kolektif yang telah disepakati.

Dampak dari taktik dan strategi yang diterapkan menyebabkan negara-negara yang menjadi sasaran menjadi lebih rentan terhadap serangan yang sulit dideteksi dan diatasi dengan menggunakan metode konvensional. Oleh sebab itu dibutuhkan respons cepat/quick response yang fleksibel untuk menghadapi ancaman yang berkembang dengan cepat sekaligus tidak terduga. Negara-negara yang berada di dalam suatu kawasan atau regional maupun pada level antar kawasan/internasional harus melakukan kerja sama dalam menghadapi tantangan yang bersifat transnasional pada 4GW.

Kerja sama antar negara dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Salah satu yang terpenting adalah penguatan keamanan siber, dapat dilakukan dengan meningkatkan investasi bersama antar pemerintah/government to government (G to G) untuk memperkuat kapabilitas pertahanan dan keamanan sebagai upaya untuk melindungi infrastruktur kritis. Selain itu pendidikan dan pelatihan intelijen juga perlu dilakukan oleh negara-negara yang bekerja sama untuk menghadapi ancaman non-konvensional secara bersama-sama.

Ilustrasi perang generasi keempat. FOTO: ThePixelman from Pixabay

Perang Dingin

Setelah Perang Dunia Kedua/World War (WW) II berakhir, dunia terbelah menjadi dua. AS bersama dengan negara-negara sekutunya membangun Pakta Pertahanan Atlantik Utara/North Atlantic Treaty Organization (NATO). Seiring perjalanan sejarah, NATO kemudian dikenal sebagai Blok Barat. Di belahan timur, Uni Soviet yang juga seperti AS menjadi pemenang WW II mendirikan Pakta Warsawa bersama negara-negara yang menjadi sekutunya. Pada era Perang Dingin, Pakta Warsawa dikenal dengan Blok Timur. Selama Perang Dingin berlangsung sejak WW II berakhir, pertikaian antara negara-negara Blok Barat dengan Blok Timur terus berlangsung hingga Uni Soviet runtuh pada 31 Desember 1991.

Para ahli strategi militer di hampir seluruh belahan dunia menyepakati jika Perang Generasi Keempat ditandai sejak dimulainya Perang Dingin antara Blok Barat yang dipimpin oleh AS dengan Blok Timur yang dikomandoi oleh Uni Soviet. Pada periode Perang Dingin, negara-negara adidaya dan negara-negara besar berusaha mempertahankan cengkeraman mereka di koloni dan wilayah yang direbut. Karena tidak mampu bertahan dalam pertempuran langsung melawan pesawat bomber, tank , dan senapan mesin , entitas non-negara menggunakan taktik pendidikan/propaganda, membangun gerakan yang penuh dengan kerahasiaan serta menghadirkan teror di tengah masyarakat untuk mengatasi kesenjangan kekuatan yang sangat timpang.

4GW seringkali melibatkan kelompok pemberontak atau aktor kekerasan non-negara lainnya yang mencoba menerapkan pemerintahan sendiri atau membangun kembali pemerintahan lama atas kekuasaan yang pernah berkuasa sebelumnya. Peperangan generasi keempat sering terlihat dalam konflik-konflik yang melibatkan negara-negara gagal serta mengalami perang saudara, khususnya dalam konflik-konflik yang melibatkan aktor-aktor non-negara. Perang saudara yang pecah di Semenanjung Korea antara Korea Utara melawan Korea Selatan hingga perseteruan antara gerilyawan Vietnam Utara yang didukung Blok Timur dengan tentara Vietnam Selatan yang didukung Blok Barat adalah contoh yang paling representatif untuk menjelaskan tentang perang generasi keempat.

Terakhir, perlu ditegaskan sekaligus disimpulkan jika Perang generasi keempat adalah perang asimetris (asymmetric warfare) yang ekstrim serta lahir dari ketidakpercayaan kepada negara. Loyalitas kepada negara beralih kepada agama, suku, kelompok etnis, kelompok hingga ideologi. Perang melibatkan dua aktor atau lebih yang tidak seimbang dan meliputi spektrum yang luas. Selain itu, perang juga melibatkan organisasi yang memiliki jaringan transnasional dan sub nasional.{}

Foto: Image by ThePixelman from Pixabay

Share this

Baca
Artikel Lainnya