Rafah merupakan kota yang dijadikan zona aman bagi warga sipil Palestina setelah mereka meninggalkan rumah di berbagai kota seperti Rammalah di Tepi Barat yang dibom oleh tentara Israel.
Hingga artikel ini dipublikasikan, perang masih berkecamuk di berbagai belahan dunia. Korban luka-luka hingga tewas, baik dari kalangan militer maupun sipil terus berjatuhan. Sebagai sebuah negara yang mencintai perdamaian, namun lebih mencintai kemerdekaan, seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) diharapkan dapat mengambil pelajaran berharga dari berbagai macam perang yang masih terjadi hingga kini.
Artikel ini akan mengelaborasi perang mulai dari generasi pertama hingga generasi kelima yang akan disajikan dalam lima artikel. Dari lima generasi perang yang disampaikan, diharapkan dapat diperoleh berbagai pelajaran untuk menghadapi perang di masa depan atau yang dikategorikan sebagai generasi terbaru.
Generasi Pertama
Merupakan istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada bentuk perang tradisional yang terjadi sebelum Revolusi Industri pada abad ke-19. Perang generasi pertama dapat ditemukan dalam konteks sejarah sebelum ditemukannya teknologi modern; mulai dari senjata api otomatis, artileri, hingga komunikasi yang canggih.
Teknologi militer dan taktik yang digunakan mengedepankan senjata konvensional seperti pedang, panah, tombak. Selain itu, prajurit yang bertempur dengan berjalan kaki yang kemudian dikenal dengan pasukan infanteri, juga menunggangi kuda sebagai sarana utama pertempuran. Seiring berjalannya waktu, pasukan berkuda kemudian dikenal dengan kavaleri dalam sejarah peperangan.
Formasi linear seperti barisan infanteri atau kavaleri menjadi populer. Kesatuan militer diatur dalam formasi yang padat dan linear untuk menghadapi musuh. Transportasi personel yang terbatas seperti kuda, kereta kuda dan perahu menjadikan mobilitas pasukan sangat tergantung pada kondisi alam dan cuaca.
Persoalan lain yang dihadapi adalah ketergantungan prajurit terhadap pasokan/suplai logistik ke medan perang. Ketika pertempuran pecah di suatu wilayah, pasukan dituntut untuk mengandalkan sumber daya lokal yang ada di area sekitar. Komunikasi juga menjadi persoalan yang dihadapi oleh para prajurit maupun pemimpin di medan laga. Keterbatasan untuk berkomunikasi dan melakukan koordinasi disiasati dengan menggunakan lambang seperti api atau melalui kurir, baik manusia maupun binatang seperti merpati.
Pertempuran yang pecah pada perang generasi pertama seringkali terjadi pada titik tertentu atau terpusat. Pada setiap pertempuran, pasukan lawan dan kawan cenderung berhadapan langsung (man to man) satu sama lain, baik personel infanteri maupun kavaleri. Durasi perang juga cenderung berlangsung lama sekaligus berlarut-larut akibat keterbatasan teknologi, komunikasi dan logistik.
Keterbatasan dalam tiga hal diatas menyebabkan peran pemimpin militer sangat penting, terutama pada saat proses pengambilan keputusan. Perintah yang diberikan pemimpin untuk maju melakukan serangan, bertahan, bahkan mundur, sangat menentukan terhadap jalannya perang. Peran individu atau pemimpin militer juga memberikan dampak yang besar terhadap akhir perang yang menentukan pihak yang menang maupun kalah.
Kepemimpinan/Leadership juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan pasukan dalam kaitannya dengan kondisi dan potensi ekonomi lokal di medan peperangan. Pertempuran dengan berbagai karakter seperti yang telah diutarakan tentu berdampak langsung terhadap masyarakat atau rakyat sipil. Seiring sejalan dengan perubahan sosial di masyarakat yang selalu diikuti dengan perkembangan teknologi, bentuk perang kemudian mengalami perubahan signifikan pada generasi berikutnya.
Contoh Perang Generasi Pertama
Sebelum mengakhiri artikel tentang perang generasi pertama dan melanjutkan artikel berikutnya tentang perang generasi kedua, perlu dikemukakan beberapa contoh pertempuran yang terjadi pada generasi pertama. Pertama adalah Perang Salib yang pecah sejak 1096 hingga 1291. Senjata yang dipergunakan oleh kedua belah pihak masih sangat tradisional yaitu pedang, tombak, dan panah serta baju besi. Pertempuran seringkali dilakukan dalam formasi barisan dan kavaleri. Ketergantungan pada kuda dan jarak tempuhnya yang terbatas masih menjadi kendala. Selain itu, permasalahan logistik pasukan juga menjadi tantangan besar karena prajurit harus melakukan perjalanan yang jauh dan menghadapi kondisi medan yang sulit. Komunikasi juga hanya dapat dilakukan dengan menggunakan lambang dan pesan langsung melalui kurir.
Kedua, Perang Seratus Tahun (1337-1453). Merupakan muara dari konflik panjang antara dua dinasti yaitu Wangsa Valois dari Prancis dan Wangsa Plantagenet dari Inggris. Meskipun diberi nama “Seratus Tahun”, perang berlangsung selama 116 tahun. Senjata yang digunakan oleh para prajurit juga tidak jauh berbeda dengan Perang Salib yaitu panah dan busur panjang, pedang, serta baju besi.
Formasi yang diterapkan di pertempuran terstruktur dan linear serta mengedepankan pasukan jalan kaki/infanteri. Ketergantungan pada kuda masih sangat tinggi, sementara pasokan logistik sangat terbatas. Komunikasi juga dilakukan dengan menggunakan simbol dan kurir.
Terakhir atau ketiga adalah perang yang meletus sekaligus merupakan bagian utama dari Revolusi Amerika Serikat (AS) yang terjadi pada 1775 hingga 1783. Pada perang yang menandai awal kelahiran AS atau United States of America/USA, senjata api yaitu musket mulai dipergunakan oleh para prajurit. Formasi linear masih diterapkan oleh pasukan infanteri namun prajurit kavaleri dan milisi lokal mulai memainkan peran yang signifikan. Mobilitas pasukan di medan perang masih terjadi, begitu juga keterbatasan logistik. Akibat dari keterbatasan logistik dan kendala dalam mobilisasi personel. pasukan kolonial yaitu tentara Inggris berhasil dikalahkan oleh USA yang akhirnya mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka.
Masih banyak sekali yang bisa dielaborasi dari perang generasi pertama. Mulai dari tokoh-tokoh militer yang berpengaruh seperti Alexander Agung, Julius Caesar hingga Hannibal Barca dan tentu saja sosok jenderal legendaris dari daratan Tiongkok, Sun Tzu. Taktik dan strategi yang diterapkan di berbagai palagan pasti jika ditelusuri dapat memberikan berbagai pelajaran berharga. Jadi pada artikel selanjutnya akan disajikan tentang berbagai aspek dari perang generasi pertama.{}