Artikel bagian pertama dapat dibaca di sini:
Kerja Sama Pengembangan Jet Tempur Indonesia dan Korea Selatan
Pada akhir Juli 2022, Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, melakukan kunjungan kenegaraan ke Korea Selatan (Korsel). Presiden Korsel, Yoon Suk-yeol, mengemukakan kerja sama bidang pertahanan dan industri pertahanan adalah pilar penting dalam hubungan kedua negara. Hal itu diutarakan Presiden Yoon ketika menerima kunjungan Presiden Jokowi di Kantor Kepresidenan Yogsan di Seol, Ibu Kota Korsel.
Seperti dikutip dari siaran di kanal YouTube Sekretariat Presiden RI, Presiden Yoon juga mengemukakan jika KF-21 dan KF-X yang dikembangkan oleh Korsel dan RI telah berhasil melakukan uji terbang untuk pertama kalinya beberapa waktu yang lalu. Kedua negara menurut Presiden Yoon menyambut capaian tersebut dan bertekad untuk melanjutkan pengembangan jet tempur hingga selesai. Program kerja sama kedua negara juga akan dilakukan secara proaktif di berbagai bidang industri pertahanan yang lain, tidak hanya yang berkaitan dengan matra udara.
Tercatat ada tujuh keuntungan yang diperoleh Indonesia dalam kerja sama dengan Korsel. Tiga keuntungan awal telah diuraikan pada artikel sebelumnya yang bertajuk “Kerja Sama Pengembangan Jet tempur Indonesia dan Korea Selatan”. Selanjutnya artikel singkat ini akan membahas empat keuntungan berikutnya yaitu:
Mengurangi ketergantungan pada luar negeri
Seperti diketahui, Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki armada pesawat tempur dari lima negara. Mulai dari Inggris, Amerika Serikat (AS), Rusia, Brasil hingga Korea Selatan. Apabila Indonesia mampu memproduksi pesawat tempur secara mandiri di dalam negeri, maka ketergantungan terhadap kelima negara tersebut secara perlahan namun pasti akan berkurang.
Jika ketergantungan dapat dikurangi karena telah mampu menjadi produsen, maka konsekuensinya daya gentar (deterrent effect) Indonesia akan semakin diperhitungkan, baik di kawasan seperti Asia Tenggara maupun Benua Asia hingga dunia.
Mampu melakukan secara mandiri perawatan hingga perbaikan maupun modifikasi serta integrasi persenjataan
Sebagai informasi, perlu diketahui jika sejak pertama kali sebuah negara seperti Indonesia melakukan pembelian pesawat tempur dari sebuah negara tertentu, maka pada saat itulah ketergantungan dimulai. Mulai dari perawatan, perbaikan dan modifikasi serta integrasi persenjataan kemungkinan besar pasti akan sangat bergantung kepada negara produsen.
Apalagi jika tidak dilakukan alih teknologi. Contoh yang bisa dikemukakan adalah armada pesawat tempur F16 yang dimiliki Indonesia, pasti pemutakhiran (upgrade)-nya hanya dapat dilakukan oleh negara produsen yaitu AS. Begitu juga dengan Sukhoi produksi Rusia dan Super Tucano buatan Brasil.
Biaya operasional lebih murah
Wilayah udara Indonesia yang sangat luas tentu saja membutuhkan biaya operasional yang sangat besar untuk menjaga kedaulatannya. Oleh sebab itu dibutuhkan strategi yang tepat agar dana operasional yang disediakan oleh negara dapat dipergunakan secara efektif dan efisien.
Jadi cepat atau lambat, dalam jangka pendek, menengah maupun panjang, Indonesia dituntut harus mampu memproduksi pesawat tempur secara mandiri. Luas wilayah yang terdiri dari sepertiga daratan, dua pertiga lautan dan tiga per tiga udara dapat dijadikan pertimbangan utama menuju kemandirian alat utama sistem senjata. Baik di darat, laut maupun udara.
Membuka peluang ekspor pesawat tempur
Sebagai sebuah negara yang memiliki potensi sangat besar menjadi produsen pesawat tempur, Indonesia harus memiliki proyeksi jangka panjang sebagai eksportir. Berbagai peluang yang ada harus diidentifikasi sebelum akhirnya dikembangkan secara masif.
Salah satu contohnya adalah dengan melibatkan para pimpinan politik hingga tokoh Angkatan Udara di masing-masing negara sebagai figur atau sosok yang memperkenalkan produk unggulan yang telah teruji.
Sebelum mengakhiri artikel singkat ini, sepertinya tidak berlebihan jika dikemukakan ukuran kemajuan sebuah negara salah satunya adalah berhasil mengubah posisinya dari negara konsumen menjadi produsen.
Semoga Indonesia yang sebelumnya menjadi importir dapat berubah menjadi eksportir pesawat tempur sekaligus bertransformasi dari negara berkembang menjadi negara maju. Kerja sama dengan Korsel adalah sebuah langkah awal yang sangat tepat untuk memulai upaya Indonesia menjadi sebuah negara maju yang disegani sekaligus diperhitungkan. {}
Foto: Dok. Korea Aerospace Industries