Latgabma Super Garuda Shields 2024. Foto: Pusat Penerangan TNI.
Pengembangan Latihan Gabungan Indonesia dan Amerika Serikat

Date

Sebanyak 4.372 personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari tiga matra yaitu TNI-Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU) mengikuti Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Super Garuda Shields (SGS) 2024.

Prajurit TNI berlatih bersama dengan 2.076 prajurit dari negara-negara sahabat Republik Indonesia (RI), mulai dari Amerika Serikat (AS), Australia, Jepang, Inggris, Kanada, Thailand, Singapura, India, Papua Nugini hingga Brazil. Selain sepuluh negara itu, 39 negara juga hadir sebagai pengamat/observer. 

Duta Besar AS untuk Indonesia, Kamala Shirin Lakhdhir, seperti dikutip dari Kantor Berita Antara mengemukakan Latgabma SGS 2024 sangat bagus karena semua matra, mulai dari darat, laut hingga udara dari berbagai negara turut serta dalam latihan. Selain itu, menurut Dubes yang meninjau latihan puncak combined arms live fire exercise (Calfex) di Titik Tinjau 12 (T-12) Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) 5 Marinir, Baluran, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Jumat, 6 September 2024 kerja sama latihan tempur antar-negara ke depan dapat terus dikembangkan   

Keberhasilan Latgabma SGS yang digelar sejak 26 Agustus hingga 5 September 2024 di tiga lokasi yaitu Karawang (Jawa Barat) Situbondo (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan), tentu layak untuk diapresiasi. Di masa depan, pengembangan Latgabma idealnya diorientasikan untuk meraih beberapa tujuan vital atau strategis. Selain itu, Latgabma juga dapat diproyeksikan sesuai dengan kepentingan pertahanan nasional Indonesia. Kepentingan nasional itu tentu saja tidak dapat dilepaskan, bahkan terkait erat dengan dinamika politik regional maupun global. Berikut tujuh rencana strategis yang dapat dipertimbangkan untuk pengembangan Latgabma SGS di masa depan:

1. Peningkatan Kapabilitas dan Teknologi Militer TNI

Latgabma menjadi peluang bagi TNI agar dapat terus memperkenalkan dan mempelajari teknologi militer terbaru, baik dari negara-negara sahabat maupun dari industri pertahanan dalam negeri. Contohnya antara lain adalah kemampuan tempur udara, integrasi sistem radar, dan platform persenjataan yang canggih. Itu semua dapat lebih sering digunakan sekaligus diuji coba dalam skenario latihan. Pengembangan lebih lanjut bisa diarahkan pada peningkatan interoperabilitas sistem teknologi pertahanan antar negara, terutama dengan negara-negara sekutu strategis.

2. Integrasi Kemampuan Pertahanan Siber dan Ruang Angkasa

Ke depan, Indonesia harus mempertimbangkan latihan yang meliputi aspek pertahanan non-konvensional seperti siber dan ruang angkasa. Latgabma dapat dijadikan landasan untuk menambah komponen pertahanan digital, dengan melibatkan simulasi serangan siber atau ancaman ruang angkasa sebagai bagian dari skenario. Sebagai negara dengan ekosistem digital yang berkembang pesat, Indonesia harus mulai memprioritaskan keamanan siber dalam doktrin pertahanan.

3. Peningkatan Keterlibatan Negara-Negara Sahabat

Latihan SGS 2024 sudah melibatkan banyak negara. Namun ke depan, masih terbuka peluang yang sangat besar untuk memperluas ruang lingkup Latgabma dengan memperbanyak jumlah negara partisipan aktif. Misalnya negara-negara dari kawasan Asia-Pasifik dan Eropa. Hal itu dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat latihan militer internasional di kawasan dan menegaskan komitmen sebagai negara berdaulat yang memiliki letak dan peran strategis terhadap keamanan regional.

4. Kolaborasi dengan Industri Pertahanan Lokal

Latgabma SGS juga harus difokuskan untuk mendukung perkembangan industri pertahanan Indonesia. Kolaborasi yang lebih erat antara TNI dan industri pertahanan dalam negeri, seperti PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT PAL, PT Dahana hingga LEN Industri yang tergabung dalam DEFEND ID harus diperkuat dengan menjadikan Latgabma sebagai ajang untuk menguji dan memperkenalkan produk-produk pertahanan lokal. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya fokus pada kerja sama pertahanan dengan negara-negara lain yang menjadi peserta, tetapi juga membangun kemandirian alutsista Indonesia.

Seluruh matra TNI, mulai dari Darat, Laut hingga Udara harus mempromosikan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) buatan dalam negeri kepada peserta latihan dari berbagai negara. Alutsista yang dapat dipromosikan antara lain adalah senapan buatan PINDAD yang terbukti selalu dipergunakan oleh para juara menembak dalam berbagai amunisi, kendaraan angkut personel (Panser) Anoa, Tank Harimau dan kendaraan-kendaraan tempur lainnya. Promosi dapat dilakukan dengan menunjukkan kemampuan Alutsista sehingga peserta Latgabma mengetahui dan kemudian percaya ketangguhan persenjataan buatan Indonesia.  

Selain di matra darat, promosi di matra laut dapat dilakukan dengan penggunaan kapal-kapal buatan PT PAL; mulai dari kapal fregat maupun kapal landing platform dock yang dapat digunakan untuk mendaratkan pasukan. Terakhir namun tidak kalah penting adalah di matra udara, dalam Latgabma dapat dilibatkan pesawat buatan Indonesia seperti CN-235 hingga NC-212. 

Ditampilkannya berbagai produk buatan dalam negeri oleh matra darat, laut maupun udara adalah promosi terbaik yang dalam perkembangan ke depan tentu saja sangat diharapkan dapat dipergunakan oleh negara-negara yang menjadi peserta Latgabma. 

5. Peningkatan Intensitas dan Skala Latihan

Indonesia perlu mengkaji untuk meningkatkan intensitas dan skala Latgabma, baik dari segi durasi latihan maupun skenario yang lebih kompleks. Latihan yang berlangsung lebih lama dan dengan skenario multi-domain—melibatkan perang darat, laut, udara, siber, dan ruang angkasa—akan memberikan pengalaman tempur yang lebih komprehensif bagi prajurit TNI.

6. Penguatan Diplomasi Militer

Dimensi diplomasi militer dari Latgabma sangatlah penting bagi Indonesia. Sebagai negara yang menjadi tuan rumah, Indonesia harus terus mengembangkan peran SGS sebagai sarana mempererat hubungan diplomatik melalui jalur pertahanan, baik dengan negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) maupun negara besar seperti AS, Jepang, dan Australia. Penguatan hubungan ini akan memberikan dampak jangka panjang dalam menjaga stabilitas dan keamanan kawasan Indo-Pasifik.

7. Latihan Khusus untuk Menghadapi Ancaman Kontemporer

Seiring dengan perubahan lanskap ancaman global, ke depan Indonesia dapat lebih fokus untuk menggelar latihan-latihan yang mengantisipasi ancaman kontemporer, seperti perang hibrida, ancaman teroris transnasional, serta bencana alam yang membutuhkan respons militer. Skenario seperti ini akan mempersiapkan TNI untuk merespons berbagai jenis ancaman, baik dari aktor negara maupun non-negara.

Dari tujuh uraian yang telah dikemukakan, ke depan diharapkan Latgabma Super Garuda Shield dapat terus berkembang sebagai salah satu latihan militer multilateral terbesar dan paling berpengaruh di kawasan Indo-Pasifik. Tidak hanya itu, terakhir sekaligus yang terpenting, Latgabma dapat dijadikan komponen vital dalam pembangunan kekuatan pertahanan Indonesia yang mandiri dan modern untuk menghadapi ancaman dan potensi perang di masa depan.{}

Share this

Baca
Artikel Lainnya