Serangan udara tersebut diberi sandi “Operasi Janji Sejati”/Operation True Promise. Operasi digelar sebagai serangan balasan Iran terhadap Israel yang terlebih dahulu melakukan serangan udara terhadap gedung Konsulat Iran di Ibu Kota Suriah, Damaskus, pada 1 April lalu.
Akibat serangan udara Israel, tujuh personel Garda Revolusi Islam Iran/Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) dinyatakan tewas. Dua di antara tujuh korban jiwa adalah Komandan Senior Pasukan Quds Garda Revolusi Iran di Lebanon dan Suriah, Brigadir Jenderal (Brigjen) Mohammad Reza Zahedi beserta wakilnya, Brigjen Mohammad Hadi Haji-Rahimi.
Melalui siaran pers yang diberitakan oleh berbagai media nasional di Iran, IRGC mengemukakan telah mengerahkan Divisi Dirgantara untuk meluncurkan rudal dan drone terhadap target-target tertentu di wilayah Israel. Peluncuran persenjataan merupakan respons dari berbagai kejahatan rezim Zionis, termasuk serangan terhadap bagian konsuler Kedutaan Iran di Damaskus yang menyebabkan gugurnya beberapa komandan dan penasihat militer Iran di Suriah.
IRGC juga menegaskan operasi digelar karena organisasi internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak bersuara apalagi mengecam serangan Israel terhadap Gedung Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, setelah sepuluh hari berlalu.
Serangan udara menurut IRGC telah berhasil menghancurkan target militer Israel. Dukungan data beserta analisa dari intelijen strategis yang ditindaklanjuti dengan peluncuran rudal dan drone diklaim telah berhasil menembus pertahanan udara Israel dan menghancurkan berbagai objek vital yang dijadikan target serangan.
Respons Israel
Juru bicara militer Israel/Israel Defense Force (IDF), Laksamana Muda, Daniel Hagari, setelah serangan selesai, mengemukakan Iran telah meluncurkan 170 drone, 30 rudal jelajah dan 120 rudal balistik . Namun, melalui pernyataan yang diberitakan oleh televisi nasional di Israel, Jubir IDF mengklaim sebanyak 99 persen dari 300 proyektil, termasuk rudal balistik yang ditembakkan Iran berhasil dihadang atau ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara IDF.
Menurut Daniel, tidak ada satupun dari 170 drone Iran yang berhasil menembus sistem pertahanan udara IDF. Seluruh pesawat militer tak berawak itu ditembak jatuh di luar wilayah perbatasan oleh Israel yang dibantu oleh negara sekutunya. Begitu juga dengan 30 rudal jelajah yang diluncurkan tidak ada satu pun yang berhasil memasuki wilayah udara Israel karena berhasil ditembak jatuh oleh Angkatan Udara Israel di luar area perbatasan.
Sementara 120 rudal balistik yang diluncurkan IRGC, sebagian besar memang berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara jarak jauh Israel. Namun beberapa rudal berhasil menembus pertahanan udara Negara Yahudi itu dan jatuh di area selatan, tepatnya di Pangkalan Udara (Lanud) Nevatim. Tetapi, IDF mengklaim serangan rudal tidak berdampak signifikan dan tidak menyebabkan kerusakan yang berarti karena Lanud tetap dapat beroperasi seperti biasa.
Unjuk Kekuatan Udara
Terlepas dari saling klaim yang disampaikan oleh Iran sebagai negara yang menyerang maupun Israel sebagai negara yang diserang atau bertahan, serangan yang dilakukan pada akhir pekan lalu telah membuka mata dunia tentang kekuatan udara/air power yang dimiliki oleh kedua negara tersebut.
Iran telah mempertunjukkan kekuatan udaranya yang dengan gagah berani telah memperlihatkan kemampuannya menggelar serangan udara terhadap salah satu negara yang selama ini dianggap memiliki pertahanan udara terkuat di dunia yaitu Israel. Serangan udara pada akhir pekan lalu merupakan serangan pertama yang dilakukan oleh Iran secara langsung dari wilayah kedaulatan Iran ke Israel.
Serangan menjadi titik balik/turning point sekaligus peristiwa penting dalam sejarah konflik kedua negara yang telah berlangsung selama lebih dari empat dekade. Sebelumnya, di tengah naik turunnya intensitas konflik, Iran menyerang Israel melalui proksinya di negara lain seperti Lebanon, Suriah hingga Yaman dan tentu saja, Palestina. Perubahan strategi Iran sekaligus peningkatan kemampuan militer Iran yang dijuluki negara para Mullah menunjukkan kemampuan memproduksi drone canggih yaitu Shahed 136. Selain drone, rudal seperti Emad dan Paveh juga memperlihatkan kemajuan teknologi persenjataan dan industri pertahanan Iran.
Lalu bagaimana dengan Israel? Pernyataan Jubir IDF jika negaranya berhasil menggagalkan serangan udara Iran, selain klaim atau propaganda, tentunya dikemukakan berdasarkan beberapa fakta berikut:
- Iron Dome yang merupakan sistem pertahanan rudal pertama yang dirancang untuk mendeteksi, melacak, dan menghadap/intersepsi roket dan proyektil artileri pendek jarak. Sebelum serangan udara Iran, sistem ini terbukti efektif dalam menghadapi ancaman roket dari Gaza dan Lebanon.
- David’s Sling: Merupakan sistem pertahanan rudal yang didesain untuk menghadapi ancaman roket jarak menengah dan rudal jelajah. Memiliki kemampuan untuk menetralisir roket dalam jarak 300 kilometer.
- Arrow Missile Defense System: Dikembangkan untuk menghadapi ancaman rudal balistik jarak menengah hingga jauh. Memiliki beberapa versi seperti Arrow 2 dan Arrow 3.
- Patriot Missile System: Israel juga menggunakan sistem rudal Patriot yang merupakan bagian penting dari pertahanan udara mereka. Patriot mampu menghadapi berbagai ancaman udara, termasuk rudal balistik dan pesawat tempur.
- C4I Systems: Israel memiliki sistem komando, kontrol, komunikasi, komputer, dan intelijen/ commando, control, communication, computer and intelligence (C4I) yang sangat canggih. Sistem C4I memungkinkan integrasi yang mulus antara berbagai sensor dan sistem pertahanan udara untuk respons yang cepat dan efektif terhadap ancaman udara.
Hingga saat ini, apalagi setelah serangan udara Iran, Israel terus mengembangkan dan meningkatkan sistem pertahanan udaranya untuk menghadapi ancaman yang terus berkembang di kawasan timur tengah. Sebelum mengakhiri artikel singkat ini, tentu tidak perlu dijelaskan dengan panjang lebar lagi jika dapat dipastikan semua negara-negara di dunia pasti akan mempelajari secara seksama berbagai aspek serangan udara yang dilakukan Iran dan sistem pertahanan udara Israel.{}