Kasau ke-24, Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono. Foto: Instagram @militer.udara
Kasau ke-24 di Hari Ulang Tahun ke-78 Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara

Date

Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU) genap berusia 78 tahun pada Selasa, 9 April 2024.

Empat hari sebelumnya, Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, melantik Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 5 April 2024. 

Terkait stabilitas keamanan dan kedamaian di kawasan, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Marsekal TNI Purnawirawan (Purn.) Hadi Tjahjanto, mengemukakan TNI-AU perlu membantu pengamanan Selat Malaka dan Laut Natuna Utara. Menurut Hadi yang juga pernah menjabat sebagai KSAU, peran pesawat tempur, maupun pesawat angkut, khususnya pesawat intai angkatan udara sangat penting di kedua wilayah itu. 

Tak hanya Presiden Jokowi dan Menkopolhukam yang mengingatkan tugas Kasau ke-24, Panglima TNI hingga Pimpinan maupun Anggota Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat-Republik Indonesia (DPR-RI) juga mengemukakan berbagai harapan kepada Marsekal Tonny. Tugas berat hingga berbagai pekerjaan rumah memang sudah menanti untuk segera diselesaikan. Mulai dari kedatangan maupun pengadaan hingga perawatan/maintenance berbagai alat utama sistem senjata (Alutsista) seperti pesawat tempur Rafale buatan Prancis dan F-15 EX buatan Amerika Serikat (AS). Selain itu, nasib kerja sama pembangunan pesawat tempur Indonesia Fighter eXperiment/ Korea Fighter eXperiment (IFX/KFX) juga perlu segera ditindaklanjuti. Itu semua harus diatur sedemikian rupa agar anggaran yang disediakan oleh Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dapat dialokasikan tepat sasaran. 

Sebagai purnawirawan dan sesama penerbang tempur yang pernah menerbangkan F-16 Fighting Falcon yang menjadi tulang punggung/back bone TNI-AU selama lebih dari tiga dekade, saya tentu ikut merasa bangga Marsekal Tonny diberi amanah sebagai KSAU menggantikan Marsekal Fajar Prasetyo. Melalui artikel ini, ada beberapa harapan yang perlu diutarakan, yaitu:

  1. Kasau sebagai pimpinan tertinggi sangat memahami bagaimana membina kekuatan dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM), peningkatan kesiapan alutsista, memperkuat dukungan operasional sehingga mampu menjalankan penegakan dan pengamanan wilayah udara.
  1. Kasau perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi Angkatan Udara, termasuk kesiapan operasional, ketersediaan Alutsista serta kondisi personel dan infrastruktur seperti Pangkalan TNI-AU (Lanud) dan fasilitas radar.
  1. Berdasarkan evaluasi di atas, Kasau harus menyusun perencanaan strategis jangka pendek, menengah hingga panjang untuk mengembangkan dan meningkatkan kesiapan serta kemampuan Angkatan Udara Indonesia.
  1. Kasau juga perlu memperkuat kerjasama atau melakukan diplomasi udara/air diplomacy dengan negara-negara lain dalam bidang pertahanan udara, baik melalui pelatihan bersama, pertukaran pengalaman, maupun kerjasama dalam pengembangan teknologi dan alutsista.
  2. Salah satu fokus penting adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Angkatan Udara, melalui program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan karier bagi personel.
  1. Meningkatkan sekaligus memastikan kesiapan operasional mulai dari pengamanan wilayah udara maupun mendukung Operasi Militer Selain Perang (OMSP) seperti bantuan kemanusiaan atau penanggulangan bencana.
  1. Memperhatikan perkembangan teknologi dan strategi untuk memanfaatkan inovasi dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional Angkatan Udara.
  1. Penting bagi Kasau untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas dalam semua kegiatan dan pengelolaan sumber daya Angkatan Udara, demi memastikan penggunaan yang efektif dan efisien serta mencegah terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang hingga tindak pidana korupsi.

Semoga Marsekal TNI Tonny dapat menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya dan memberikan kemajuan yang signifikan dalam pengembangan Angkatan Udara Republik Indonesia.

Penerbang Tempur F-16 Fighting Falcon. FOTO: Website TNI-AU

Pengamanan Selat Malaka

Sebagai wilayah perbatasan kritis/critical border yang dapat memicu konflik dengan negara-negara tetangga terutama yang menjadi anggota Association of Southeast Asian Nation/ ASEAN), pengamanan di area Selat Malaka dan Laut Natuna Utara, selain melibatkan TNI-AU juga harus mengikutsertakan peran TNI-Angkatan Laut (AL) dan TNI-Angkatan Darat (TNI-AD). Sinergi ketiga matra dapat direalisasikan dalam beberapa langkah konkret sebagai berikut:  

  1. Koordinasi Operasional Terpadu dengan membangun mekanisme koordinasi yang solid antara TNI-AU, TNI-AD, dan TNI-AL dalam perencanaan dan pelaksanaan operasi pengamanan di wilayah tersebut. Pertukaran informasi intelijen secara berkala dan terstruktur dapat dilakukan secara intensif oleh ketiga matra di bawah komando Panglima TNI dan Panglima Komando Wilayah Gabungan Pertahanan (Kogabwilhan).
  2. Patroli Bersama: Melakukan patroli bersama antara TNI-AU (pesawat udara dan drone), TNI-AD (pasukan darat), dan TNI-AL (kapal perang) untuk mengawasi wilayah udara dan laut di sekitar Selat Malaka dan Laut Natuna Utara. Patroli bertujuan untuk mendeteksi dan mencegah potensi ancaman seperti kegiatan pencurian ikan/illegal fishing, pelanggaran kedaulatan, penyelundupan narkotika dan obat terlarang (Narkoba) hingga Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
  3. Memastikan bahwa personel dari ketiga matra memiliki pemahaman yang sama terhadap taktik, teknik, dan strategi yang diperlukan dalam operasi gabungan. Pemahaman dapat dicapai melalui pelatihan bersama dan simulasi skenario operasional.
  4. Memanfaatkan teknologi canggih seperti sistem sensor dan komunikasi yang terintegrasi untuk memperkuat deteksi dini, pemantauan, dan respons terhadap potensi ancaman di wilayah tersebut. Selain itu, penggunaan drone dan satelit juga dapat meningkatkan kemampuan pengawasan dari udara, laut maupun darat.
  5. Meningkatkan kerjasama dalam bidang intelijen antara TNI-AU, TNI-AD, dan TNI-AL serta dengan lembaga intelijen nasional seperti Badan Intelijen Negara (BIN) maupun Badan Intelijen Strategis (BAIS)-TNI untuk mengidentifikasi dan mengantisipasi ancaman potensial di area terkait.
  6. Melakukan latihan bersama dan simulasi operasi gabungan secara berkala untuk meningkatkan keterampilan, koordinasi, dan keselamatan personel dari ketiga matra. Latihan meliputi skenario pengamanan wilayah, penanganan krisis, dan pertahanan udara-laut terintegrasi.
  7. Mengkoordinasikan dengan pihak terkait seperti kepolisian, instansi pemerintah terkait, dan lembaga maritim untuk memperkuat sinergi dalam pengawasan dan penegakan hukum di wilayah perairan di Selat Malaka dan Laut Natuna Utara.
  8. Terkait pengamanan Selat Malaka, perlu ditingkatkan kerja sama dengan negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara yang selama ini telah berjalan dengan baik.

Sinergi antara matra darat, laut dan udara dan penerapan berbagai langkah dan aksi kolaboratif seperti yang dikemukakan, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengamanan di Selat Malaka dan Laut Natuna Utara serta memperkuat kedaulatan dan keamanan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Selamat bertugas Kasau ke-24, Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono.

Dirgahayu ke-78 TNI-AU. 

Salam Swa Bhuwana Paksa.{}

Share this

Baca
Artikel Lainnya