Image by 1610938 from Pixabay
Strategi Penyelidikan Jatuhnya Tiga F-16 Fighting Falcon di Korea Selatan

Date

Satu unit jet tempur F-16 yang dijuluki Fighting Falcon milik Angkatan Udara Amerika Serikat /United States Air Force (USAF) jatuh di Laut Barat yang terletak di lepas pantai Korea Selatan (Korsel) pada Rabu, 31 Januari 2024.

Sebelum jatuh, jet tempur legendaris itu sempat mengalami kondisi “darurat penerbangan”. Namun beruntung pilotnya berhasil menyelamatkan diri.

Dilansir Kantor Berita Agence France-Presse (AFP), Rabu, 31 Januari 2024, militer AS merilis jika sebuah jet tempur F-16 Fighting Falcon yang ditugaskan di Sayap Tempur ke-8 mengalami keadaan darurat saat penerbangan di Laut Barat dan jatuh sekitar pukul 08.41 waktu setempat.

Rilis militer AS juga menegaskan jika penerbang berhasil melontarkan diri keluar pesawat dengan selamat dan telah ditemukan sekitar pukul 09.30 waktu setempat. Pilot ditemukan dalam kondisi sadar dan telah dibawa ke fasilitas medis untuk diperiksa.

Komandan Sayap Tempur ke-8 AS, Kolonel Matthew C Gaetke, dalam pernyataannya mengucapkan terima kasih kepada pasukan penyelamat Republik Korea beserta seluruh tim yang terlibat. Kerja sama yang erat memungkinkan operasi penyelematan dapat segera digelar sehingga pilot dapat ditemukan dengan cepat.

Gaetke menambahkan setelah pilot ditemukan, tim akan fokus pada pencarian dan pemulihan pesawat. Informasi mengenai situasi “darurat penerbangan” belum akan disampaikan hingga ada kesimpulan dari penyelidikan keselamatan dan kecelakaan secara komprehensif.

Jatuhnya pesawat tempur generasi keempat itu bukan yang pertama kali terjadi di perairan Korsel. Pada Senin, 11 Agustus 2023, sebuah F-16 USAF juga jatuh di wilayah perairan setelah lepas landas/take off dari pangkalan udara di Gunsan yang terletak kurang lebih 178 Kilometer (Km) di selatan Seoul, Ibu Kota Korsel. Pada kecelakaan/accident itu, pilot juga berhasil menyelamatkan diri dengan keluar dari pesawat menggunakan kursi lontar. Sebelumnya, pada Mei 2023, Fighting Falcon milik USAF jatuh ketika menggelar latihan rutin di daerah pertanian yang terletak di selatan Seoul. Penerbang juga berhasil menyelamatkan diri dengan menggunakan kursi lontar.

Penyelidikan Kecelakaan

Dari tiga kecelakaan/accident yang terjadi di Seoul, pihak-pihak terkait mulai dari USAF hingga otoritas setempat di Korsel harus segera menindaklanjuti dengan penyelidikan yang tuntas dan menyeluruh. Tentu saja pabrikan F-16 yaitu Lockheed Martin harus dilibatkan dalam investigasi. Upaya mencari penyebab kecelakaan tentu akan lebih mudah dilakukan karena ketiga penerbang F-16 yang jatuh berhasil ditemukan dalam keadaan selamat.

Selain dari pilot tempur yang selamat ketika pesawat mengalami kecelakaan, penyelidikan juga akan dilakukan dengan mencari pesawat yang mengalami accident. Pencarian harus dilakukan hingga pesawat ditemukan karena rekaman data penerbangan ada di dalam pesawat. Data sangat dibutuhkan penyelidik untuk mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi sebelum hingga ketika operasi penerbangan berlangsung. Penyelidikan dilakukan oleh investigator untuk mencari penyebab kecelakaan sehingga USAF dapat merumuskan kebijakan agar kecelakaan serupa tidak terulang kembali pada masa yang akan datang.

Foto F-16 Fighting Falcon oleh Omar Barrera/Pexels.com

Penyebab Kecelakaan

Tanpa bermaksud mendahului hasil investigasi yang sedang dilakukan dan masih berlangsung hingga saat ini, dapat dikemukakan jika penyebab suatu kecelakaan pesawat dapat dikategorikan menjadi empat faktor, yaitu:

1. Manusia/Man: Faktor manusia sering menjadi penyebab signifikan dalam kecelakaan pesawat, dapat melibatkan:

Human error, yaitu Kesalahan pilot dalam mengambil keputusan, membaca instrumen, atau menjalankan prosedur penerbangan.

Kondisi Kesehatan, terkait erat dengan kondisi jasmani maupun rohani penerbang atau awak pesawat yang dapat memengaruhi kinerja.

Pelatihan dan Pengalaman: Kekurangan pelatihan atau pengalaman yang memengaruhi kemampuan untuk mengatasi situasi darurat.

2. Mesin /Machine: Terkait dengan masalah teknis atau mekanis pada pesawat yang dapat menyebabkan kecelakaan seperti:

Kegagalan Sistem: Kerusakan atau kegagalan sistem krusial dalam pesawat, seperti avionik, mesin, atau sistem kendali penerbangan.

Pemeliharaan yang Buruk: Kesalahan dalam pemeliharaan atau perawatan pesawat yang dapat mempengaruhi kinerja atau keandalan mesin.

Keletihan material/fatique, kerusakan material sebelum waktu operasional tercapai.

3. Lingkungan/Media: Lingkungan di sekitar pesawat juga dapat menjadi faktor krusial dalam penyebab kecelakaan. Contohnya:

Cuaca Buruk: Kondisi cuaca ekstrem seperti angin kencang, atau kabut tebal yang dapat mengurangi visibilitas dan mengganggu navigasi.

Kondisi Landasan: Kondisi landasan yang buruk atau faktor lingkungan lainnya di area penerbangan.

Gempa Bumi: Getaran atau pergeseran tanah yang dapat mempengaruhi pesawat saat lepas landas atau mendarat.

Angin Kencang: Angin topan atau angin kencang secara drastis dapat mengubah arah atau kecepatan pesawat.

Petir: Petir yang dapat menyebabkan kerusakan sistem avionik atau bahkan mengenai pesawat secara langsung.

4. Act of God/penyebab yang dikehendaki Tuhan.

Terakhir, sebelum mengakhiri artikel ini, sekali lagi tanpa bermaksud mendahului hasil penyelidikan, persentase terbesar yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan dalam sebuah operasi penerbangan adalah faktor manusia. Persentasenya mencapai 80 persen. Sedangkan 20 persen adalah sisanya yaitu mesin, lingkungan/media dan kejadian alam dan kehendak Tuhan.

Mudah-mudahan investigasi berjalan dengan lancar sesuai rencana. Hasil penyelidikan tentu saja sangat dinantikan tidak hanya oleh USAF, tetapi oleh lebih dari 25 negara di dunia yang masih mengoperasikan F-16.{}

Foto utama: F-16 Fighting Falcon 1610938 dari Pixabay

Share this

Baca
Artikel Lainnya