Selama empat hari, sejak Jumat, 1 Desember 2023, hingga Senin, 4 Desember 2023 akan digelar Musyawarah Nasional (Munas) Gerakan Praja Muda Karana (Pramuka) ke-XI. Dalam munas yang digelar di Banda Aceh itu, salah satu agendanya adalah pemilihan Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka. Ketua kwarnas yang terpilih dalam Munas akan memimpin Gerakan Pramuka di Indonesia selama lima tahun sejak 2023 hingga 2028.
Beberapa nama telah muncul ke permukaan sebagai kandidat ketua Kwarnas. Salah satunya adalah nama saya. Secara pribadi maupun sebagai penggiat gerakan Pramuka sejak masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya berharap kandidat yang terpilih mampu memajukan gerakan Pramuka di Indonesia. Dalam berbagai artikel yang membahas tentang kepramukaan, saya selalu mengingatkan jika berdasarkan data, peserta gerakan Pramuka di Indonesia adalah yang terbanyak di dunia.
Seperti tercantum dalam website Kwarnas Indonesia, berdasarkan laporan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Kwarnas yang bertajuk “Gerakan Pramuka dalam Angka dan Data Tahun 2020, tercatat jumlah anggota Gerakan Pramuka telah mencapai 25.272.760. Data keanggotaan dalam ukuran jumlah (kuantitatif), tentu harus diimbangi dengan peningkatan kualitas peserta didik. Mulai dari anggota Pramuka Siaga yang berada dalam rentang usia 7 hingga sepuluh tahun, hingga Pandega yang berusia 21 hingga 25 tahun.
Ketika diberi kesempatan untuk menjadi pembicara pada Dialog Kebangsaan #1 bertajuk “Kepramukaan, Kepemimpinan dan Proyeksi Masa Depan Indonesia”, saya mengutarakan jika pendidikan kepramukaan bertali-temali erat dengan kualitas seorang peserta didik. Seorang anak yang telah memutuskan untuk mengikuti gerakan pramuka tentu diharapkan sekaligus akan dibentuk menjadi seorang pemimpin di masa depan.
Pendidikan karakter
Sebagai seorang Pembina Pramuka, saya berani memberikan jaminan jika seorang pemimpin yang dididik dengan metode kepramukaan, kualitasnya akan lebih baik. Kualitas kepemimpinan akan teruji ketika anak didik sedang menjalankan tugasnya.
Berdasarkan pengalaman sebagai pembina Pramuka Saka Dirgantara, anak didik tinggal diberi tahu di dalam memimpin ada tiga hal yang harus dimiliki sebelum akhirnya diterapkan dalam kepemimpinannya:
- Visi
Terkait erat dengan mau dibawa kemana organisasi atau kelompok yang dipimpinnya. Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus memiliki visi. Kalau sudah memiliki visi, biasanya dibagi menjadi beberapa misi. Misi apa saja yang harus dilakukan kemudian strategi untuk mencapainya. Hal itu harus dimiliki oleh seorang pemimpin. - Kekuatan/power
Pemimpin harus memiliki kekuatan atau kekuasaan sehingga dia bisa menggerakkan sumber daya yang ada sehingga dapat mengarahkan kepada tujuan yang telah ditentukan di dalam visi. - Kepercayaan diri
Seorang pemimpin harus memiliki kepercayaan diri/self confidence yang tinggi di dalam menjalankan tugasnya. Kalau dia tidak memiliki kepercayaan diri dan ragu-ragu, terutama ketika sampai pada tingkat pengambilan keputusan, maka orang yang dipimpinnya juga akan bimbang. Oleh sebab itu, self confidence menjadi penting.
Ilustrasi Penyematan Lencana Melati dan Lencana Darma Bakti kepada para kader yang telah berjasa dalam gerakan Pramuka.(Foto:Pramuka.id)
Sebagai Majelis Pembimbing Gugus Depan (Gudep) Mantriwira 10-821 dan 10-822 yang berpangkalan di Pusat Dirgantara (Pusdirga), Bumi Perkemahan dan Graha Wisata (Buperta), Cibubur, Jakarta Timur, saya yakin jika tiga karakter seorang pemimpin yang telah dikemukakan di atas akan terbentuk dengan sendirinya jika peserta didik mengikuti pendidikan kepramukaan.
Selain kepemimpinan, saya juga sangat yakin jika para peserta pendidikan kepramukaan akan memiliki empati dan rasa syukur karena ketika menjalani pendidikan ada rasa sayang yang ditumbuhkan terhadap sesama dan juga mahluk hidup lainnya. Empati dan rasa syukur, pada tahap selanjutnya akan menghasilkan ketekunan yang tinggi. Dalam menjalankan sesuatu, termasuk ketika menjalani hidup, dibutuhkan ketekunan untuk meraih hasil yang diharapkan.
Kegiatan pramuka yang sebagian besar dilakukan secara berkelompok juga menjadikan seorang peserta didik berlatih agar dapat berkomunikasi dengan lancar. Karakter kepemimpinan seseorang yang mengikuti pendidikan kepramukaan akan muncul secara perlahan namun pasti seiring dengan meningkatnya kemampuan berkomunikasi. Selain itu, jiwa kepemimpinan juga akan terbentuk jika seseorang memiliki rasa tanggung jawab di dalam setiap kegiatan ketika menjalankan kewajibannya sebagai peserta didik.
Karakter seorang pemimpin seperti integritas juga akan diperoleh seorang peserta didik yang mengikuti kegiatan kepramukaan. Kegiatan yang sebagian besar dilakukan di alam terbuka juga akan menimbulkan sifat berupa keberanian di dalam diri seorang anggota. Berbagai metode latihan yang menantang seperti jurit malam pada saat Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami) maupun Perkemahan Jumat-Sabtu-Minggu (Perjusami) yang melibatkan para peserta akan melatih timbulnya keberanian anggota.
Tanggung jawab, integritas dan keberanian, akan menghadirkan karisma yang menjadi bekal utama bagi seorang pemimpin. Terakhir sekaligus yang terpenting, setelah memiliki visi yang diterjemahkan ke dalam beberapa misi, seorang pemimpin juga harus memiliki strategi untuk melaksanakan misi. Karena apabila misi berhasil dijalankan dengan baik, baru pada tahap berikutnya visi yang dirumuskan dapat tercapai.
Semoga Ketua kwarnas yang terpilih dalam Munas Gerakan Pramuka ke-XI di Aceh memiliki visi dan misi serta strategi seperti yang telah diberikan dalam pendidikan kepramukaan sejak dini. Mulai dari tingkat Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega hingga Pembina.
Salam Pramuka!{}