Pramuka Indonesia. (Foto: Unwir.ac.id)
Peranan Gerakan Pramuka dalam Mempersiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia

Date

Sejak dua tahun lalu, bulan Agustus ditetapkan sebagai Bulan Bakti Praja Muda Karana (Pramuka). Penetapan dilakukan melalui Surat Keputusan (SK) Kwartir Nasional (Kwarnas) Nomor 094 Tahun 2021, bertepatan dengan Peringatan Hari Pramuka yang jatuh pada 14 Agustus dan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus.

Sejak dua tahun lalu, bulan Agustus ditetapkan sebagai Bulan Bakti Praja Muda Karana (Pramuka). Penetapan dilakukan melalui Surat Keputusan (SK) Kwartir Nasional (Kwarnas) Nomor 094 Tahun 2021, bertepatan dengan Peringatan Hari Pramuka yang jatuh pada 14 Agustus dan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus.

Pada 2023, tema Bulan Bakti Pramuka adalah “Pramuka mengabdi tanpa batas untuk menyiapkan SDM Berkualitas dalam membangun ketangguhan bangsa”. Peringatan Bulan Bakti akan berlangsung selama 31 hari, sejak 1 hingga 31 Agustus 2023, sekaligus menjadi bagian integral dari Hari Pramuka ke-62 dan Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-78.

Dikutip dari laman pramukaupdate.id, tujuan utama kegiatan Bulan Bakti pada tahun ini adalah untuk meningkatkan semangat persaudaraan dan bakti anggota Gerakan Pramuka kepada masyarakat, bangsa dan negara. Berbagai kegiatan akan digelar, mulai dari donor darah, pembersihan monumen bersejarah, Pramuka Berbagi, Pramuka Mengajar hingga Pramuka Berwirausaha.

Pembinaan Pramuka

Sejak masa dinas di Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU) berakhir pada 2013 lalu, saya memutuskan untuk mendarmabaktikan sisa hidup di masa pensiun untuk aktif sebagai Pembina di Gerakan Pramuka. Tujuan utama aktivitas menjadi Pembina Pramuka adalah mendidik generasi penerus bangsa agar menjadi lebih baik dari generasi sebelumnya.

Terus terang, saya khawatir bercampur was-was ketika menyaksikan berbagai pemberitaan di media massa yang dihiasi dengan tawuran pelajar, kasus narkotika dan obat terlarang (Narkoba) yang melibatkan anak-anak muda hingga berita-berita negatif lain seperti aksi kriminalitas yang juga sedikit banyak terkait dengan generasi muda Indonesia. Belum lagi ditambah dengan kasus-kasus maupun fenomena intoleransi yang semakin hari kian marak terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang menjadikan Pancasila sebagai dasar negara dan menjadikan falsafah Bhineka Tunggal Ika sebagai semangat hidup berbangsa dan bernegara.

Sebagai salah satu pembina di Indonesia, tentu saja saya sangat mengharapkan berbagai permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia tercinta seperti yang telah dikemukakan di atas, dapat diantisipasi atau dicegah sejak dini dengan mengikutsertakan para pemuda sejak masih berusia kanak-kanak dalam gerakan Pramuka.

Di Indonesia, tingkatan Gerakan Pramuka dimulai dari Siaga, Penggalang, Penegak, Pandega dan Pembina. Salah satu persyaratan menjadi Anggota Gerakan Pramuka Siaga adalah anak berusia tujuh hingga sepuluh tahun. Penggalang berada di rentang usia sebelas hingga 15 tahun. Penegak berusia 16 hingga 20 tahun. Pandega berumur 21 hingga 25 tahun dan terakhir adalah Pembina yang berusia 25 tahun ke atas.

Pendidikan Karakter

Sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan di luar sekolah, Pramuka menurut saya cukup strategis untuk mengarahkan minat dan bakat anak-anak sejak usia dini. Meskipun masih berstatus sebagai pendidikan non formal, kurikulum pendidikan Pramuka disusun dengan penuh keseriusan sehingga hasilnya terukur dan sistematis.

Kurikulum pendidikan Pramuka terlihat jelas dalam sebuah buku berjudul “Pendidikan Kepramukaan Berbasis Pendidikan Karakter” yang ditulis oleh Sukiyat dan diterbitkan pada 2020 lalu. Pendidikan Pramuka Siaga sesuai dengan karakteristik peserta didik yang masih senang bermain difokuskan pada pembentukan kepribadian dan keterampilan di lingkungan keluarga melalui kegiatan bermain dan belajar. Tidak jauh berbeda dengan level Siaga, Pendidikan Pramuka tingkat Penggalang juga masih difokuskan pada pembentukan kepribadian dan keterampilan melalui kegiatan bermain dan belajar di lingkungan keluarga.

Selanjutnya ketika memasuki tingkat penegak, pendidikan difokuskan pada pembentukan kepribadian dan keterampilan. Melalui edukasi yang diberikan, para peserta didik diharapkan dapat ikut serta membangun masyarakat melalui kegiatan belajar, kerja kelompok, hingga berkompetisi sekaligus berbakti kepada masyarakat. Pada level Pandega, pendidikan kepramukaan difokuskan pada pembentukan kepribadian dan keterampilan. Diharapkan para peserta didik dapat turut serta atau terlibat aktif dalam pembangunan masyarakat.

Pramuka Teritorial

Sejak duduk sebagai siswa di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya sudah terlibat aktif dalam Gerakan Pramuka. Ajakan dari seorang senior, menjadikan saya mulai aktif sebagai Pramuka Siaga, meski hanya dalam waktu yang singkat, kemudian berlanjut ke tingkat Penggalang. Cukup lama saya aktif sebagai Pramuka Penggalang. Mulai dari SMP hingga kelas Dua Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada saat duduk di kelas Tiga, mendekati akhir masa studi, semua murid di SMA diminta untuk berkonsentrasi menghadapi ujian.

Meski telah lama berlalu, namun saya masih ingat benar pendidikan Pramuka yang kami jalani ketika itu berbeda dengan saat ini. Pada waktu itu, metode yang diberikan kepada saya dan teman-teman sama dengan pendidikan yang diterima para anggota pramuka lain di seluruh Indonesia. Namun yang membedakan, ketika itu sekitar akhir tahun 1960-an hingga awal 1970-an, tidak ada yang namanya pramuka sekolah di Kudus, sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah (Jateng), tempat saya menghabiskan masa remaja.

Di kota yang terkenal dengan produk rokoknya itu, yang ada adalah Pramuka Teritorial. Jadi ketika mengikuti kegiatan pramuka, teman-teman saya tidak berasal dari satu sekolah yang sama. Namun meski berbeda sekolah, kami masih berada dalam satu kota yang sama. Seingat saya hal itu tidak menimbulkan permasalahan. Kami justru sangat senang bisa kenal sekaligus berinteraksi dengan teman-teman lain yang berasal dari sekolah yang berbeda.

Hingga kini, ketika menjadi pembina, pendidikan pramuka yang saya terima pada waktu kanak-kanak hingga usia remaja meninggalkan kesan-kesan yang mendalam dan tidak terlupakan. Pertama, kegiatan Pramuka adalah sebuah aktivitas yang sangat menantang. Latihan-latihan yang diberikan menjadikan para peserta selalu ingin berkompetisi dalam pengertian yang positif. Kedua, sebagai pendidikan yang diberikan di luar sekolah, kegiatan selalu dilakukan di luar ruangan atau lapangan. Dalam beberapa minggu, seringkali dilakukan perkemahan. Mulai dari Perkemahan Jumat, Sabtu, Minggu (Perjusami) maupun Perkemahan Sabtu-Minggu (Persami).

Ketika mengikuti Perjusami, Persami, maupun perkemahan yang lain, peserta belajar untuk hidup jauh dari rumah dan tidak mengandalkan orang tua. Banyak pelajaran yang diperoleh ketika berkemah yang dapat membentuk karakter sekaligus keterampilan para peserta. Berbagai pelajaran itulah yang secara perlahan namun pasti menghadirkan nilai-nilai penting dalam kehidupan seseorang. Mulai dari kejujuran, rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain, cinta tanah air, hingga kebersamaan atau solidaritas hingga kepemimpinan (leadership).

Nilai-nilai itulah yang diharapkan dapat mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang dapat mendukung pembangunan ketangguhan bangsa seperti tema Bulan Bakti Pramuka pada tahun ini.{}

Share this

Baca
Artikel Lainnya