Taruna Akademi Angkatan Udara (AAU) . Foto: TNI-AU
Pelajaran Penting untuk Para Taruna dari Akademi Angkatan Udara Yogyakarta

Date

Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU), Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, memimpin Upacara Penutupan Pendidikan sekaligus Wisuda Sarjana Taruna Akademi Angkatan Udara (AAU) Tahun 2023, di Gedung Sabang- Merauke Kampus AAU, Yogyakarta, Jumat, 7 Juli 2023.

KASAU mengingatkan para taruna yang diwisuda agar terus menggali dan memperdalam ilmu pengetahuan meskipun di AAU sudah ditempa dengan berbagai materi pembelajaran dan pembinaan. Sebanyak 102 taruna dan 12 taruni AAU tercatat mengikuti Wisuda Sarjana tahun 2023. Seorang taruna yaitu Firjatullah Radita Putra, dikutip dari akun instagram Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU), merupakan lulusan National Defense Academy (NDA) Jepang.

Secara khusus, KASAU menyampaikan selamat kepada Sersan Mayor Satu Taruna (Sermatutar) Muhammad Galuh Safari Rahmat, sebagai wisudawan terbaik yang berhak menyandang penghargaan Adhi Makayasa, sekaligus peraih Adhi Sakti Aeronautik.

Selain itu, KSAU juga menyampaikan ucapan yang sama kepada peraih Adhi Sakti Elektronika yaitu Sermatutar Geraldino Heldan Septian Putra dan peraih Adhi Sakti Teknik Manajemen Industri, Sermatutar Hakim Ar-Rifki Ramadhani. Tak ketinggalan, KASAU juga menyampaikan ucapan selamat kepada para peraih Sastra Viratama Jaya dan Cum Laude.

Para wisudawan menurut KASAU harus bersyukur dan berbangga atas pencapaian sekaligus menjadikannya sebagai kehormatan yang harus dijaga di manapun dan kapanpun bertugas. Menurutnya almamater AAU telah mendidik para taruna sedemikian rupa, mempertajam analisis dan memperluas cara pandang, hingga memperkuat fisik dan mental dalam menghadapi tugas ke depan. Namun KASAU menekankan berbagai hal tersebut tentu tidak cukup, sehingga keinginan untuk terus belajar, harus ada di dalam diri para taruna, dan harus menjadi mindset yang tertanam di dalam setiap jenjang pengabdian.

Taruna Akademi Angkatan Udara (AAU). Foto: TNI-AU

Pendidikan di AAU

Sebagai salah satu alumni AAU yang diwisuda pada 1976, pertama kali saya harus mengucapkan selamat atas kelulusan para taruna yang diwisuda oleh KASAU pada Jumat pekan lalu. Masih segar dalam ingatan, bahkan rasanya seperti baru kemarin, saya bersama dengan teman-teman seangkatan memasuki gerbang Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) yang kini bernama Akademi Militer (Akmil) di Magelang, Jawa Tengah sebelum melanjutkan pendidikan di AAU Yogyakarta.

Banjir keringat selalu membasahi Pakaian Dinas Lapangan (PDL) seusai latihan dalam cuaca panas terik. Masing-masing taruna diberi atau mendapatkan jatah beberapa PDL agar dapat berganti seragam. Di Magelang, ketika itu, para taruna dari empat angkatan, mulai dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), Angkatan Udara (AU) hingga Kepolisian berkumpul menjadi satu. Pada waktu itu, di tahun 1973, kepolisian masih menjadi bagian dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Ketika pertama kali resmi diterima di AKABRI, pangkat pertama yang diperoleh adalah Prajurit Taruna (Pratar). Setelah menempuh pendidikan selama empat bulan, yang merupakan transisi dari kehidupan sipil ke militer, para peserta didik menerima kenaikan pangkat menjadi Kopral Taruna (Koptar).

Selanjutnya, para Koptar yang telah berhasil menjalani pendidikan dasar di Magelang akan dikirim ke angkatannya masing-masing. Ketika saya di Magelang selama setahun, para taruna tingkat dua yang berpangkat Sersan Taruna (Sertar) melanjutkan di Bumimoro, Surabaya, untuk Taruna Laut, Yogyakarta untuk Taruna Udara, Sukabumi untuk Taruna Kepolisian. Sementara Taruna Darat tetap tinggal di Magelang.

Selama empat hingga dua belas bulan pertama di Magelang, ada sebuah pelajaran berharga yang masih sangat melekat di ingatan saya hingga hari ini. Ketika pertama kali memasuki AKABRI, semua taruna dari empat angkatan masing-masing diberikan satu buah tas panjang yang di kalangan tentara dikenal dengan plunyesak. Di dalamnya terdapat berbagai peralatan yang akan digunakan para Pratar untuk berlatih. Mulai dari PDL, helm tempur yang digunakan untuk melindungi kepala prajurit, sabuk berbentuk kopel hingga sepatu.

Setelah menerima berbagai perlengkapan yang tersusun rapi di dalam plunyesak, semua taruna dibariskan di depan asrama untuk difoto. Setelah pengambilan foto itulah kami semua diberi pengarahan bagaimana cara mengenakan helm, sepatu, PDL hingga kopel. Pada saat instruktur memberikan arahan bagaimana mengenakan kopel yang harus dipasang memutar hingga ke bahu, suaranya kurang jelas dan bicaranya terlalu cepat, sehingga saya harus bertanya kepada seorang rekan yang berdiri tepat di samping saya. Namun bukan jawaban yang saya peroleh melainkan sebuah peringatan keras yang dilanjutkan dengan hukuman fisik. Hukuman yang tidak terduga diberikan Sang instruktur karena beliau tidak suka jika ada seorang taruna seperti saya yang berbicara dengan orang lain ketika instruksi sedang diberikan. Tentu saja saya sangat terkejut menerima peringatan keras berupa hukuman fisik yang diberikan oleh instruktur.

Namun pada saat itulah saya sadar jika pendidikan militer sangat keras sekali, apalagi jika seorang peserta didik kurang memberikan atensi atau perhatiannya terpecah dan kurang fokus. Selanjutnya setiap kali instruktur memberikan arahan atau perintah, sebagai seorang taruna, saya selalu memperhatikan dengan seksama agar dapat menjalankannya dengan baik dan benar. Kebiasaan (habit) seperti itu terus berlanjut ketika menempuh Sekolah Penerbang (Sekbang) di Amerika Serikat (AS) yang dikenal dengan Undergraduate Pilot Training pada 1978, dua tahun setelah lulus dari Akabri Bagian Udara pada 1976.

Kebiasaan mendengarkan ketika instruktur atau orang lain berbicara terus berlanjut ketika menempuh Sekolah Komando Kesatuan TNI-AU (Sekkau) pada 1985, Sekolah Staf dan Komando TNI-AU pada 1992, Kursus Intelijen Strategis pada 1996 ketika berpangkat Kolonel, hingga menjalani pendidikan di Australian Defence and Strategic Study Course, yang sama dengan kursus di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) di Indonesia pada 2002.

Tidak jauh berbeda dengan pesan yang disampaikan KASAU untuk para Taruna AAU yang setelah lulus menyandang pangkat Letnan Dua (Letda) di pundak agar terus menggali dan memperdalam ilmu pengetahuan, sebagai sesama Alumni AAU, saya hanya ingin mengingatkan agar para Perwira Pertama yang baru saja diwisuda tidak kenal lelah untuk terus belajar dan mendengarkan berbagai perkembangan yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Banyak sekali berbagai pelajaran berharga yang akan diperoleh seorang prajurit jika terus membuka mata dan telinga serta mengikuti perkembangan zaman. Tidak ada yang abadi selain perubahan itu sendiri, apalagi yang terkait dengan perkembangan teknologi yang terjadi terus menerus tanpa henti.

Selamat bertugas menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di udara para perwira muda TNI-AU. {}

Share this

Baca
Artikel Lainnya