Gerakan Pramuka Indonesia. (Foto: Pramuka.or.id)
Gerakan Pramuka, Upaya Deradikalisasi, dan Bela Negara

Date

Pada pekan lalu, sejak Senin, 22 Mei hingga Sabtu, 27 Mei 2023, Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menggelar Perkemahan Wirakarya Nasional (PWN) di Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai, Gorontalo.

Pada pembukaan PWN ke XVI, Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, mengharapkan PWN menjadi satu pendekatan dalam menumbuhkan gerakan inovasi pramuka menghadapi tantangan dan perubahan zaman.

Dikutip dari laman Antara, sebanyak 1.200 mahasiswa dari 48 perguruan tinggi keagamaan dan empat Madrasyah Aliyah Negeri (MAN) yang berada di bawah naungan Kemenag mengikuti kegiatan nasional yang digelar setiap dua tahun sekali.

Menag mengemukakan para peserta PWN harus menjawab sinisme yang menganggap gerakan pramuka hanya gerakan tepuk tangan. Oleh sebab itu, gerakan pramuka harus menghindari kegiatan yang bersifat karitatif, seremonial dan tidak ada manfaatnya.

Selain itu, Menag Yaqut juga mengharapkan gerakan pramuka melahirkan program yang inovatif, kreatif dan memberikan dampak kepada masyarakat utamanya dalam rangka menghadapi perubahan zaman. Menurutnya menjadi kewajiban pramuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.

PWN ke XVI yang digelar pada 2023 mengangkat tema “Merawat Keberagaman dan Perdamaian dalam Bingkai Moderasi Beragama”. Menurut Menag, tema tersebut cukup menantang dan membutuhkan pembuktian segenap insan pramuka.

Moderasi dan Adaptasi

Berdasarkan data dari Kwartir Nasional (Kwarnas), sebagian besar para peserta PWN yang berasal dari 48 Perguruan Tinggi Keagamaan masuk ke dalam kategori Pramuka Penegak yang berada di antara rentang usia 16 hingga 20 tahun. Sementara sisanya atau sebagian kecil, mungkin saja sudah ada yang termasuk ke dalam kategori Pramuka Pandega yang berusia antara 21 hingga 25 tahun. Sedangkan para peserta perkemahan yang berasal dari empat MAN, jika tidak masuk ke dalam kategori Penegak, mungkin saja ada yang masih Penggalang yang baru berusia 11 hingga 15 tahun.

Terkait dengan moderasi yang menjadi tema PWN pada tahun ini, pada usia Pramuka Penggalang hingga Pandega memang usia yang sangat rawan terpapar paham-paham ekstrimisme keagamaan yang seringkali menyebabkan terjadinya berbagai aksi teroris di Indonesia. Oleh sebab itu menurut saya yang sejak duduk di Sekolah Menengah Pertama ikut terlibat aktif dalam Gerakan Pramuka di Kota Kudus, Jawa Tengah, tema yang dirumuskan dalam PWN kali ini sudah sangat tepat. Mengapa tema tersebut sangat tepat? Karena pendidikan pramuka adalah pendidikan karakter yang juga membutuhkan dasar keimanan dalam pendidikan agama.

Keberagaman dan Perdamaian memang harus selalu dirawat dalam bingkai moderasi beragama sesuai tema PWN. Bahkan tidak berlebihan jika perkemahan seperti yang digelar pada pekan lalu dapat dijadikan sebagai pintu masuk/entry point untuk melakukan upaya deradikalisasi terhadap paham-paham intoleran di kalangan anak-anak muda yang tengah menempuh pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat seperti MA hingga para mahasiswa. Kerja sama dengan berbagai insitusi terkait seperti Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) juga dapat dilakukan oleh Kemenag dan Kwarnas untuk menyelenggarakan acara-acara serupa di berbagai tempat di Indonesia.

Pramuka Indonesia. (Foto: Pramuka.or.id)

Mengenai adaptasi agar gerakan pramuka tidak hanya sekadar menjadi gerakan tepuk tangan seperti yang diingatkan oleh Menag, banyak sekali pemutakhiran (upgrading) yang dapat dilakukan. Salah satu contoh yang dapat dikemukakan, sebagai pembina Pramuka Saka Dirgantara di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, saya selalu memberikan pelatihan kepada peserta didik mengenai dunia penerbangan di Indonesia, baik sipil maupun militer dengan menghadirkan para ahli yang berkompeten di bidangnya.

Bela Negara

Tak berhenti pada upaya deradikalisasi yang menggandeng BNPT, Kemenag dan Kwarnas sebagai representasi gerakan pramuka di Indonesia juga dapat menjalin kerja sama dengan Kementerian Pertahanan (Kemhan) untuk memperkenalkan program “Bela Negara” kepada para peserta perkemahan.

Selain membangun komponen cadangan, Kemhan juga dapat bekerja sama dengan pramuka untuk menanamkan nilai-nilai bela negara sejak usia dini. Mulai dari usia Pramuka Siaga yang berusia tujuh hingga sepuluh tahun hingga Penggalang, Penegak dan Pandega.

Kembali kepada data yang dirilis Kwarnas melalui websitenya, perlu diutarakan sekilas dalam artikel ini jika jumlah anggota pramuka pada saat ini telah mencapai 25.272.760. Jumlah yang sangat signifikan sekaligus layak diperhitungkan untuk dijadikan pelopor moderasi beragama dan bela negara.

Bukankah gerakan pramuka harus menghindari kegiatan yang bersifat karitatif, seremonial dan tidak ada manfaatnya, seperti yang telah diingatkan Menag? Jadi mari bersama-sama dan bahu membahu menjadikan gerakan pramuka agar dapat melahirkan program yang inovatif, kreatif dan memberikan dampak kepada masyarakat utamanya dalam rangka menghadapi perubahan zaman, sama seperti yang diharapkan oleh Menag.

Semoga PWN yang sukses digelar di Gorontalo dapat menginspirasi dihelatnya acara-acara serupa di seluruh Indonesia yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke.

Salam Pramuka.

Satyaku Kudarmakan, Darmaku Kubaktikan, agar jaya Indonesia, Indonesia Tanah Airku. {}

Share this

Baca
Artikel Lainnya