Drone tempur MQ-9 Reaper (Foto: Leslie Pratt)
Pelajaran dari Serangan Drone ke Istana Kepresidenan Rusia

Date

Hanya sepekan menjelang parade Hari Kemenangan Perang Dunia II yang direncanakan akan digelar di Lapangan Merah, Moskwa, dua unit pesawat nirawak (drone) melakukan serangan udara (air strike) di Ibu Kota Federasi Rusia.

Dikutip dari AFP, otoritas setempat mengungkapkan dua unit drone diarahkan ke Istana Kremlin dalam upaya melakukan pembunuhan terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin. Merespons upaya pembunuhan yang disebut sebagai serangan teroris, Kremlin mengemukakan serangan drone terjadi pada dini hari antara Selasa, 2 Mei 2023 dan Rabu, 3 Mei 2023.

Namun serangan itu mengalami kegagalan. Drone berhasil dihancurkan di udara dan hanya serpihannya yang jatuh di halaman istana kepresidenan. Juru Bicara Istana Kremlin, Dmitry Peskov, mengutarakan insiden di wilayah udara kedaulatan negara, tepatnya di langit Ibu Kota Rusia tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap jadwal kenegaraan Presiden Putin.

Menurut Dmitry, Putin tidak sedang berada di Kremlin ketika terjadi serangan maupun pada saat aksi pesawat nirawak berhasil dilumpuhkan dengan senjata elektronik. Dia mengatakan jika Putin pada saat ini berada di barat Moskwa, tepatnya di rumah kepresidenan yang terletak di Novo-Ogaryovo. Pihak berwenang menjelaskan jika tidak ada korban jiwa maupun luka-luka apalagi kerusakan yang diakibatkan oleh serangan yang terjadi pada malam hari tersebut.

Wali Kota Moskwa, Sergei Sobyanin, tak lama setelah terjadinya serangan udara segera mengumumkan larangan penerbangan drone tanpa izin di langit wilayah yang dipimpinnya. Tanpa izin khusus dari otoritas terkait, menurut Sergei, akan segera diambil tindakan tegas terhadap drone yang terbang di ibu kota negara yang sebelumnya bernama Uni Soviet/Union of Soviet Socialist Republics (USSR).

Vladimir Putin (Foto: DimitroSevastopol/Pixabay)

Pelajaran Penting

Meski serangan yang terjadi pada dini hari tersebut mengalami kegagalan total, insiden mencoreng muka Rusia sebagai sebuah negara besar yang berdaulat. Kedaulatan sebuah negara apalagi sebesar Rusia tentu saja harus dijaga, baik di wilayah daratan, laut, dan terutama di udara. Sebagai sebuah negara yang memiliki wilayah terluas di muka bumi, memang tidak mudah menjaga kedaulatannya.

Luas wilayah Rusia yang membentang hingga melintasi Eropa Timur dan Asia kurang lebih mencapai 17.098.250 kilometer persegi. Tidak ada jalan lain untuk mengamankan wilayah kedaulatan negara terluas di dunia seperti Rusia selain harus memprioritaskan pembangunan kekuatan angkatan udaranya.

Seluruh dunia memang telah mengetahui seperti apa kekuatan udara (air power) Rusia sejak masih bernama Uni Soviet. Pesawat-pesawat tempur legendaris seperti berbagai jenis MiG hingga Sukhoi, bomber yang sangat ditakuti yaitu Tupolev hingga pesawat angkut seperti Antonov memperkuat Angkatan Udara (AU) Rusia. Dibentuk pada 1 Agustus 2015, AU negara beruang merah adalah gabungan dari Angkatan Udara dan Pasukan Pertahanan Dirgantara.

Kembali kepada serangan drone, AU Rusia terutama Pasukan Pertahanan Dirgantara seharusnya perlu melakukan evaluasi total, bahkan kritik-otokritik secara menyeluruh, mengingat serangan udara tersebut berhasil menembus langit ibu kota negara, bahkan mencapai objek paling vital di ibu kota negara yaitu istana kepresidenan.

Penguatan Sistem Radar

Dalam kerangka berpikir (paradigma) pertahanan udara, selain kekuatan pesawat tempur, intai, latih, bomber, hingga angkut, ada satu komponen penting yang sangat menentukan yaitu sistem radar. Sebagai upaya memperkuat pertahanan udara, baik di wilayah perbatasan yang berpotensi menimbulkan sengketa (dispute border) maupun di teritori yang dikategorikan sebagai objek vital, apalagi di ibu kota negara, peranan radar yang dioperasikan oleh personel atau satuan yang terlatih adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat diganggu gugat.

Dalam upaya memperkuat pertahanan udara, mulai dari objek paling vital di ibu kota sebuah negara seperti area istana kepresidenan hingga wilayah perbatasan, radar memiliki peran yang sangat signifikan. Sebagai bagian dari sistem pertahanan udara, radar merupakan perangkat penting untuk melihat sasaran yang melintas di wilayah kedaulatan udara sebuah negara. Selain melakukan deteksi, radar juga berperan untuk melakukan identifikasi secara elektronik.

Hasil deteksi dan identifikasi kemudian dikirim ke pusat pengendalian wilayah udara sebagai bahan untuk membuat keputusan. Namun bila dalam proses identifikasi yang dilakukan secara elektronik dinilai masih belum cukup, maka akan dikerahkan drone intai, bahkan pesawat tempur untuk melakukan identifikasi visual.

Jadi, sebagai subsistem pertahanan udara yang penting, radar harus memiliki kualitas yang andal. Selain dapat diandalkan, radar juga harus mudah dioperasikan dan dipelihara, baik yang ditempatkan di area strategis maupun objek-objek vital hingga yang berada di wilayah terpencil (remote area).

Pada saat ini, seiring dengan perkembangan teknologi yang terjadi terus menerus tanpa henti, kegiatan mata-mata/spionase sebagian besar dilakukan dari udara atau menggunakan satelit yang berada di luar angkasa.

Terkait dengan operasi spionase atau kegiatan mata-mata hingga serangan yang dilakukan oleh pesawat nirawak (drone) melalui udara, sistem perangkat radar yang dioperasikan oleh para personel yang memiliki kompetensi harus selalu siap siaga mengamati pergerakan pesawat. Mulai dari pesawat berawak hingga nirawak yang melintas di wilayah udara kedaulatan sebuah negara.

Selain memantau lalu-lintas penerbangan di wilayah kedaulatan udara sebuah negara, radar militer juga berperan memberikan data untuk pengambilan keputusan pergerakan pesawat tempur. Artinya setelah melakukan identifikasi terhadap berbagai objek yang melintas di wilayah kedaulatan udara, hasil pengamatan radar akan sangat menentukan keputusan yang akan diambil. Jadi tidak berlebihan jika dinyatakan peran radar dalam pertahanan udara di suatu negara tidak jauh berbeda dengan fungsi intelijen.

Apakah objek yang diidentifikasi dinilai berbahaya sehingga perlu dilakukan pencegatan/intersepsi yang ditindaklanjuti dengan penurunan paksa/force down, atau justru harus ditembak jatuh karena dinilai sangat berbahaya, ditentukan oleh data-data yang diperoleh melalui pengamatan yang dilakukan oleh radar.

Insiden yang terjadi di Rusia seharusnya dapat membuka mata dunia. Ada banyak pelajaran berharga yang dapat diambil oleh seluruh negara di muka bumi yaitu kedaulatan negara di udara harus terus menerus dijaga tanpa mengenal hari libur. 24 jam sehari, tujuh hari seminggu (24/7). Serangan dapat terjadi dimanapun, kapanpun dan tidak ada yang dapat memprediksi.

Oleh sebab itu, perangkat radar mutakhir berteknologi canggih yang dioperasikan oleh para personel terbaik sangat dibutuhkan bahkan menjadi keharusan bagi semua negara yang ingin menjaga kedaulatannya di udara.{}


Share this

Baca
Artikel Lainnya