Foto :TNI AU
Indonesia, Negara Dirgantara, dan Kekuatan TNI Angkatan Udara

Date

Selamat ulang tahun ke-77 TNI-AU, tetaplah terbang tinggi menjaga kedaulatan Indonesia di Udara.

Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, pernah menceritakan pengalamannya ketika terbang dari ujung barat Indonesia, yaitu Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) menuju ke provinsi yang terletak di penghujung timur yaitu Papua. 

Melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jokowi mengungkapkan penerbangan dari Aceh ke Papua memakan waktu 9 jam 15 menit. Presiden mengatakan waktu tempuh dari ujung barat ke timur Indonesia sama dengan penerbangan dari London, Ibu Kota Inggris hingga ke Istanbul, Ibu Kota Turkiye. Dalam penerbangan tersebut, pesawat melintas di tujuh negara Eropa. 

Wilayah udara Indonesia yang begitu luas seperti yang dikemukakan oleh Presiden Jokowi, tentu harus dijaga oleh Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU) yang kuat.

Kekuatan TNI-AU adalah faktor utama yang sangat menentukan kedaulatan negara di udara. Banyak sekali faktor yang menentukan kekuatan sebuah negara di udara (air power). Mulai dari jumlah skadron pesawat, baik pesawat tempur, angkut, helikopter, hingga mata-mata, kecanggihan radar hingga kuantitas maupun kualitas sumber daya manusia atau prajurit.

Unjuk Kekuatan

Pada upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) TNI-AU ke-77 yang digelar di Pangkalan TNI-AU (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jokowi, Atas nama pemerintah, bangsa, dan negara, mengucapkan selamat hari TNI Angkatan Udara yang ke-77 kepada seluruh prajurit TNI AU dimanapun bertugas di seluruh penjuru Tanah Air.

Di usia ke-77, Presiden yang merupakan Panglima Tertinggi TNI mengharapkan TNI-AU harus menjadi Angkatan Udara yang modern dan tangguh, mampu menjaga ruang udara Indonesia serta bertransformasi sebagai kekuatan nasional di udara yang disegani dan dihormati di dunia.

Sejalan dengan harapan presiden, Tema HUT ke-77 TNI-AU adalah “Profesional, Modern dan Tangguh Sebagai Angkatan Udara Yang Disegani di Kawasan”. Pada acara upacara peringatan HUT kali ini, TNI-AU menunjukkan kekuatannya. Sebanyak 2.227 peserta upacara, 1.070 pilot dan Ground Crew untuk demo udara serta 397 prajurit demo darat dikerahkan.

Berbagai jenis pesawat yang menjadi bagian alat utama sistem senjata (Alutsista) juga diterbangkan. Antara lain, empat Casa C-212 dari Skadron Udara 4, tiga CN-295 dan satu CN-235 dari Skadron Udara 2 dan 27, enam EMB-314 Super Tucano dari Skadron Udara 21,  sembilan Hercules dari Skadron Udara 31, 32 dan 33, tiga unit Boeing 737 dari Skadron Udara 5 dan 17, serta dua pesawat Falcon dari Skadron Udara 17.

Tak ketinggalan pesawat tempur (fighter aircraft) andalan TNI-AU yaitu 18 jet tempur F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 3, 14 dan 16, empat Sukhoi 27/30 dari Skadron Udara 11 juga diterbangkan.         

Pembangunan Kekuatan Udara

Sebagai penjaga kedaulatan di sebuah negara yang memiliki wilayah udara yang luas seperti Indonesia, TNI-AU beserta seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) harus dapat merumuskan strategi yang tepat. Secara sederhana, strategi pembangunan kekuatan udara adalah “Menempatkan pesawat yang tepat di skadron yang cocok dan di Lanud yang benar”.

Selain berbagai skadron udara dari berbagai Lanud yang telah dikemukakan, Indonesia juga memiliki skadron di Lanud lain yang terletak mulai dari ujung barat di Aceh hingga ujung timur di Papua.

Selanjutnya, untuk merumuskan strategi pembangunan kekuatan udara nasional, perlu dikaji ulang dengan penuh ketelitian secara mendetail strengths (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunities (peluang) dan threats (ancaman) dari semua skadron yang menjadi bagian dari Lanud yang berada di seluruh Indonesia. 

Hasil kajian yang dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi dapat dijadikan pangkalan data (data base) untuk dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan maupun materi untuk menyusun perencanaan. 

Data yang valid tentu saja harus dikumpulkan dengan mengedepankan objektifitas. Sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan utama untuk penyusunan rencana strategis hingga pengambilan keputusan. Misalnya terkait dengan pembelian alat utama sistem senjata (Alutsista) seperti pesawat maupun radar oleh TNI-AU tentu dapat dilakukan dengan lebih baik serta penuh dengan kehati-hatian apabila dilakukan berdasarkan dukungan data yang diperoleh melalui proses penelitian yang dilakukan secara ilmiah. 

Selain itu, kekuatan personel atau prajurit juga perlu ditata terutama terkait dengan penempatannya. Jangan lupa selain skadron dan Lanud, TNI-AU juga memiliki berbagai institusi yang berkaitan erat dengan pertahanan udara. Salah satu contohnya adalah Komando Operasi Udara Nasional (Koopsudnas).

Di samping itu, dukungan yang diberikan Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang diberikan dari darat juga harus diperhitungkan dalam pengamanan berbagai objek vital seperti Lanud dan Bandar Udara (Bandara). Terakhir sekaligus yang terpenting, sinergi dengan matra darat dan laut juga harus diperhitungkan dengan teliti dalam menyusun strategi pertahanan udara.      

Dengan demikian, berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, wilayah udara Indonesia yang terbentang luas dari ujung barat ke timur, sama dengan penerbangan dari London ke Istanbul yang sama dengan tujuh negara di Eropa dapat dijaga dengan lebih maksimal. 

Selamat ulang tahun ke-77 TNI-AU, tetaplah terbang tinggi menjaga kedaulatan Indonesia di Udara.

Swa Bhuwana Paksa. {}  

Foto: TNI AU

Share this

Baca
Artikel Lainnya