Krisis multidimensional yang melanda Indonesia pada 1997-1998 berdampak ke berbagai lini, termasuk industri pertahanan (Inhan). Selama sepuluh tahun, terhitung sejak 1999, Inhan di Indonesia kolaps.
Inhan di tanah air mulai bangkit secara perlahan pada 2009, terlihat dari penyusunan kekuatan pokok minimum yang kemudian dikenal dengan Minimum Essential Force (MEF).
Hal itu dikemukakan oleh mantan Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Purnomo Yusgiantoro ketika memberikan ucapan selamat (congratulatory speech) atas Peluncuran Majalah Inhan Edisi Perdana.
Peluncuran digelar di Studio Jawa Pos Multimedia (JPM) TV, Graha Pena, Jakarta Selatan, Rabu, 22 Februari 2023.
Menurut Purnomo yang menjadi Menteri Pertahanan pada 2009-2014 di era kepemimpinan Presiden Keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), konsep MEF dalam perjalanannya berkembang menjadi essential force tahap satu, dua dan tiga. Perjalanan MEF cukup panjang antara lain melalui Rencana Strategis (Renstra) I, II dan III sebelum akhirnya ditargetkan untuk selesai pada 2024.
Pada acara peluncuran yang digelar bersamaan dengan Seminar bertajuk “Klasterisasi Industri Pertahanan untuk Tingkatkan Daya Saing di Kancah Global” yang digelar oleh Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan), Purnomo yang juga dipercaya sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) oleh Presiden SBY pada 2004 hingga 2009 tidak lupa untuk mengingatkan jika UU Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Industri Pertahanan menjadi landasan bagi pengembangan Inhan di Indonesia.
Selain itu, Purnomo yang juga pernah diberi amanah sebagai Menteri ESDM pada 2001 hingga 2004 pada era Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri mengemukakan pembentukan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) sebagai amanat dari UU Nomor 16 Tahun 2012 ditujukan untuk pencapaian kemandirian Inhan di Indonesia.
Perlu Evaluasi
Beranjak dari yang telah dikemukakan Purnomo, maka jika dikalkulasi sudah 14 tahun berlalu sejak konsep MEF dirumuskan, perlu dihitung target yang berhasil diraih. Sebuah evaluasi harus dilakukan secara mendetail untuk memperhitungkan secara komprehensif pencapaian yang diraih di berbagai lini.
Tiga matra di Tentara Nasional Indonesia (TNI) baik darat, laut maupun udara harus dilibatkan secara aktif untuk melakukan evaluasi.
Selain itu, berbagai lini industri pertahanan, mulai dari Perindustrian TNI-Angkatan Darat (Pindad), PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Len Industri dan Dahana yang telah bergabung dalam Defence Industry Indonesia (DEFEND ID), juga harus aktif terlibat dalam proses evaluasi.
Sebagai holding dari Inhan di Indonesia yang baru dibentuk pada 2017 lalu, DEFEND ID tentu diharapkan dapat memberikan kontribusi sekaligus berbagai masukan dalam proses evaluasi.
Hanya dalam hitungan bulan, 2023 akan berakhir. Tahun depan pada 2024 adalah tenggat waktu (deadline) dari realisasi konsep MEF. Seiring dengan Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan digelar secara serentak untuk pertama kali tepat pada 14 Februari 2024, para pemangku kepentingan (stakeholders) inhan di Indonesia harus menyelesaikan evaluasi yang mudah-mudahan diikuti dengan hasil audit sehingga dapat menghitung secara detail hasil pencapaian dari penerapan MEF yang telah dilakukan sejak 2009.
Forkominhan sebagai sebuah tangki pemikir (think tank) inhan di Indonesia jika diminta sekaligus dibutuhkan oleh stakeholders inhan di tanah air tentu saja sangat terbuka untuk memberikan berbagai kritik dan saran hingga evaluasi bahkan audit terhadap penerapan konsep MEF. Karena seperti disampaikan Purnomo pada akhir congratulatory speech-nya, Forkominhan memiliki dedikasi untuk mendukung pemerintah dalam mencapai kemandirian Inhan di tanah air.
Momentum Inhan Indonesia
Tahun 2014 adalah momentum bagi Inhan Indonesia. Tiga pilihan terlihat jelas di hadapan mata.
Pertama mengulangi kembali kehancuran yang terjadi pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia pada 1997-1998.
Kedua, mempertahankan kebangkitan seperti di awal 2009.
Ketiga, membangun kemandirian dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki.
Sebagai sebuah negara yang memiliki cita-cita mulia melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, bukankah sudah jelas dan tidak perlu dijelaskan dengan panjang lebar pilihan mana yang harus diambil dari ketiga pilihan diatas?
Semoga masa depan berpihak pada Indonesia yang telah menempuh jalan panjang sekaligus penuh dengan liku-liku untuk mewujudkan kemandirian industri pertahanannya. {}