Foto: DAPA Korea
KF-21 Boramae, Elang Tempur Hasil Kerja Sama Indonesia dan Korea Selatan

Date

Kabar baik kembali datang dari Seoul, Ibu Kota Korea Selatan (Korsel). Purwarupa keempat jet tempur supersonik KF-21, berhasil melakukan penerbangan perdananya, Senin, 20 Februari 2023.

Penerbangan perdana jet tempur kolaborasi Korsel dengan Indonesia tersebut menurut Badan Pengadaan Senjata Korsel menandai sebuah kemajuan baru dalam proyek pengembangan pesawat tempur (fighter aircraft) generasi 4,5 tersebut. Kemajuan tersebut memang terlihat jelas di kokpit pesawat yang memiliki dua kursi untuk diduduki oleh pilot dan kopilot.

Prototipe keempat yang memiliki dua kursi tersebut seperti diberitakan The Korea Times, berhasil lepas landas dari Sayap Pelatihan Terbang Ketiga Angkatan Udara Korsel di Sacheon yang terletak sekitar 300 kilometer di selatan Seoul.

KF-21 yang dijuluki “Boramae” atau jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti “Elang” lepas landas tepat pada pukul 11.19 waktu setempat. Menurut Administrasi Program Akuisisi Pertahanan/Defense Acquisition Program Administration (DAPA), KF-21 Boramae prototipe keempat berhasil terbang selama 34 menit di langit negeri ginseng.

Prototipe pertama dan kedua KF-21 telah melakukan penerbangan perdana pada Juli dan November 2021. Sementara purwarupa ketiga berhasil lepas landas (take off) pada Januari 2023. Tiga prototipe tersebut hanya memiliki satu kursi di kokpit untuk pilot. Baru pada prototipe keempat terdapat dua kursi di kokpit.

Namun pada uji terbang (flight test), kemarin, hanya ada satu orang pilot yang menerbangkan purwarupa keempat. Mengapa kursi kopilot di belakang kokpit tetap dibiarkan kosong? Karena penerbangan perdana prototipe keempat hanya ditujukan untuk mengecek keamanan pesawat yang diuji terbang.

Menurut DAPA Korsel, prototipe keempat yang telah berhasil dengan gemilang dalam uji terbang akan dipergunakan untuk uji coba apakah perbedaan antara prototipe kursi tunggal dan kursi ganda akan berdampak pada pengoperasian pesawat.

Selain itu, prototipe keempat juga akan diuji secara avionik pada radar Active Electronically Scanned Array (AESA). Radar AESA juga dikenal sebagai Active Phased Array Radar (APAR). Terakhir, model kursi ganda juga akan dipergunakan untuk melatih pilot menerbangkan pesawat.

Setelah uji terbang prototipe keempat, DAPA berencana untuk mulai melakukan flight test terhadap dua purwarupa selanjutnya. Prototipe kelima dan purwarupa keenam ditargetkan akan melakukan uji terbang pada semester pertama 2023.

Kolaborasi Korsel-Indonesia

Kurang lebih dua pekan sebelum uji terbang prototipe keempat dilakukan di Seoul, di Jakarta, pada Selasa, 7 Februari 2023, Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Wamenhan RI), Muhammad Herindra, bertemu dengan Deputy Minister for Advanced Capabilities Program, The Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Korea Selatan, (Korsel), Han, Kyoung-ho, di Kantor Kementerian Pertahanan.

Pertemuan digelar untuk membahas program pengembangan pesawat tempur Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment (KF-X/IF-X) yang kini diberi nama KF-21 Borame. Dikutip dari laman Kementerian Pertahanan, Wamenhan menegaskan Indonesia memiliki komitmen yang besar untuk melanjutkan program KF-X/IF-X, karena merupakan program strategis untuk menguasai teknologi tinggi di bidang industri pertahanan.

Wamenhan mengungkapkan bukti komitmen Pemerintah Republik Indonesia (RI) sudah ditindaklanjuti diantaranya dengan melakukan pembayaran cost share agreement (CSA) pada 2022, serta mengirimkan insinyur (engineer) dari PT Dirgantara Indonesia (PTDI) serta Pilot Test secara bertahap.

Sejak arahan Menteri Pertahanan(Menhan) soal kelanjutan Program KF-X/IF-X, Kemhan menurut Wamenhan telah melaksanakan koordinasi dengan kementerian terkait agar program berjalan sesuai harapan Presiden RI. Antara lain dengan melakukan negosiasi keenam yang menghasilkan Joint Agreement (JA) pada 11 November 2021. Selain itu, Indonesia juga dan telah mengirim 37 insinyur (engineer) PTDI, serta dua Pilot Test untuk berpartisipasi di KAI Korea Selatan.

Masa Depan Kolaborasi

Setelah sempat tertunda karena masalah pembayaran, proyek pembuatan jet tempur siluman KF-21 Boramae kolaborasi antara Indonesia dan Korea Selatan dipastikan terus berlanjut. Duta Besar Republik Indonesia untuk Korsel, Gandi Sulistiyanto, mengatakan sejumlah teknisi dari Indonesia bahkan telah berada di Negeri Ginseng untuk mempelajari KF-21.

Dikutip dari laporan Reuters, menurut Gandhi, pelatihan para teknisi menunjukkan kondisi terkini kerja sama RI dan Korsel berada dalam situasi yang stabil. Komitmen kedua negara menurutnya tidak berubah.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Korea Selatan untuk Urusan ASEAN dan Asia Tenggara, Eui-Hae Cecilia Chung, juga menyampaikan apresiasinya terhadap kontribusi keuangan dari pihak Indonesia yang telah dilanjutkan pada akhir tahun lalu. Dia optimis kerja sama kedua negara akan terus dilanjutkan pada masa depan dan kedua belah pihak yang telah berkomitmen tidak akan mundur dari proyek strategis tersebut.

Jika dilihat dari optimisme dari kedua belah pihak seperti yang telah dikemukakan, maka tidak berlebihan jika dapat disimpulkan masa depan kerja sama kedua negara dalam proyek pengembangan jet tempur supersonik sangat cerah. Namun perlu diingatkan, dalam kerja sama yang telah dimulai sejak 2009 lalu, kepentingan nasional Indonesia sebagai negara mitra harus terus menerus dinegosiasikan. Hasil-hasil negosiasi itulah yang akan sangat menentukan sampai sejauh mana kepentingan Indonesia sebagai negara mitra dapat diakomodasi dalam kerja sama kedua negara.

Indonesia tidak cukup hanya berharap dan mengucapkan kata semoga agar kerja sama menguntungkan sekaligus memajukan industri kedirgantaraan di tanah air. Sebuah perencanaan yang matang harus disusun dengan sangat berhati-hati dan terus menerus dievaluasi. Tolok ukurnya sudah sangat jelas; Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari sepertiga daratan, dua per tiga lautan dan tiga per tiga angkasa. Jadi sebuah kekuatan udara yang kuat sekaligus disegani sangat dibutuhkan untuk menjaga kedaulatan negara di udara.{}

Foto: DAPA Korea

Share this

Baca
Artikel Lainnya