Foto: The Scout Association
Baden Powell dan Gerakan Kepanduan Dunia

Date

Sebuah pesan dari Bapak Pandu Dunia Baden Powell untuk membangun dunia dengan menggunakan prinsip dasar dan metode kepramukaan.

Hari Kepanduan Sedunia (World Scout Day) diperingati setiap tahun pada 22 Februari di berbagai belahan dunia. Asosiasi kepanduan dunia di berbagai negara, yang di Indonesia dikenal dengan Praja Muda Karana (Pramuka) ikut merayakan World Scout Day yang bertepatan dengan hari kelahiran Bapak Kepanduan Dunia, Baden Powell.

Sejarah hidup Baden Powell yang diberi gelar “Lord” oleh Pemerintah Kerajaan Inggris Raya (United Kingdom) dan gerakan kepanduan dunia ibarat dua sisi dari sekeping mata uang.

Dikutip dari berbagai sumber, Robert Stephenson Baden Powell dilahirkan di London, Ibu Kota Inggris, pada 22 Februari 1857. Dia adalah anak kedelapan dari sepuluh bersaudara. Ayahnya, Domine Baden Powell adalah seorang Profesor Geometri di Universitas Oxford. Namun ketika baru berusia tiga tahun, ayah Robert Stephenson meninggal dunia, sehingga dia dan kesembilan saudaranya dibesarkan oleh ibunya, Henrietta Powell.

Selain menjadi sosok seorang ibu sekaligus ayah bagi kesepuluh anaknya, Henrietta juga menjadi figur guru yang memberikan pendidikan untuk pertama kalinya di rumah.

Masa Kecil Baden Powell

Baden Powell pertama kali menempuh pendidikan formal di Rose Hill School. Kecerdasannya berhasil membuatnya meraih beasiswa di salah satu sekolah paling bergengsi di Inggris, Charterhouse School.

Dikutip dari scout.org, di sekolah inilah, dia mulai mengembangkan bakat sekaligus minatnya menjelajahi hutan yang mengelilingi sekolahnya.

Di hutan, dia mulai mempelajari berbagai jenis satwa dan tumbuh-tumbuhan liar termasuk menangkap sekaligus menyantap kelinci. Tak hanya menjelajahi hutan, dia bersama dengan saudara-saudaranya juga pernah berlayar mengarungi pantai selatan Inggris.

Kecerdasan beserta dengan pengalamannya itulah yang kemudian membawanya meraih urutan kedua dari beberapa ratus pelamar ketika mengikuti ujian untuk menjadi personel tentara Inggris.

Pada awal berdinas di Angkatan Darat Inggris, sebagai seorang perwira, Baden Powell ditugaskan bersama dengan pasukan Hussars ke-13 di India pada 1876.

Di negeri yang terkenal dengan epos Mahabharata dan Ramayana itulah, dia mulai melatih keterampilan para prajuritnya untuk bekerja bersama sebagai sebuah tim yang terpimpin dengan baik. Setelah menunjukkan prestasi di India, dia kemudian ditugaskan di Balkan, Afrika Selatan hingga Malta, sebuah negara kepulauan di Eropa Selatan.

Ketika menjadi seorang perwira menengah berpangkat Kolonel, Baden Powell menunjukkan kepemimpinannya. Dia memimpin garnisun tentara Inggris yang berhasil mempertahankan kota Mafeking meski harus berhadapan dengan 500 personel militer Boer. Karena prestasi gemilangnya itulah, dia diangkat menjadi pahlawan nasional oleh Kerajaan Inggris.

Reputasi beserta ketenarannya sekaligus pangkat terakhirnya sebagai seorang Letnan Jenderal (Letjen) menjadikan dia diundang menjadi pembicara pada berbagai pertemuan maupun rapat umum yang digelar di seluruh Inggris Raya.

Aids to Scouting

Pada awalnya buku bertajuk “Aids to Scouting” ditulis Baden Powell ketika bertugas sebagai tentara Kerajaan Inggris di Afrika dan India.

Namun sebenarnya di balik pengalamannya, buku tersebut memberi petunjuk kepada tentara Inggris agar dapat menjalankan tugas sebagai penyelidik.

Mulai dari keterampilan menjelajahi hutan seperti mengenali hingga menelusuri jejak, mengetahui buah-buahan yang tidak beracun sehingga dapat dimakan, mengidentifikasi arah mata angin di tengah rimbunnya hutan yang tidak dapat ditembus sinar matahari, sampai berinteraksi dengan penduduk lokal dan tokoh masyarakat maupun adat disampaikan oleh Baden Powell dalam bukunya.

Dalam rangka melakukan verifikasi terhadap yang ditulis Baden Powell dalam bukunya, sebanyak 21 orang pemuda yang memberi nama komunitasnya Boys Brigade mengundang sang penulis.

Pada 25 Juli 1907, selama delapan hari di Pulau Brownsea, Baden Powell bersama dengan Boys Brigade menggelar perkemahan sekaligus melakukan eksplorasi di sekitar lokasi untuk menerapkan isu buku “Aids for Scouting”.

Seperti sebuah peribahasa dalam bahasa latin yaitu “verba volant, scripta manent” yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti “Kata-kata yang diucapkan akan sirna, namun yang ditulis akan abadi”, hasil pengembaraan dan perkemahan dicatat setiap hari oleh para peserta.

Hasilnya setelah catatan harian dari para peserta dikumpulkan oleh Baden Powell adalah sebuah buku berjudul “Scouting for Boys” yang diterbitkan pada 1908.

Usai perkemahan, selain berhasil menghasilkan buku, Boys Brigade mengubah nama menjadi Boy Scout. Tak hanya itu, Buku “Scouting for Boys” dijadikan panduan Boy Scout. Selanjutnya ajaran Baden Powell berkembang luas di berbagai belahan dunia. Beragam organisasi kepanduan berkembang di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Our World, Our Equal Future

Pada tahun 2023 ini, tema perayaan Hari Pramuka Sedunia adalah “Our World: : Our Equal Future: The Environment and Gender Equality”. Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti: “Dunia Kita: Masa Depan Kita yang Setara: Lingkungan dan Kesetaraan Gender”.

Tema perayaan tersebut terlihat jelas sebagai harapan terhadap gerakan kepanduan global agar dapat berpartisipasi aktif dalam masa depan dunia yang lebih baik. Sebuah dunia yang menjadi tempat hidup seluruh umat manusia, sehingga harus dijaga kelestarian lingkungannya bersama-sama tanpa membedakan jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan.

Jadi tidak berlebihan jika harapan besar diletakkan di pundak semua anggota kepanduan dunia. Mari bangun dunia dengan menggunakan prinsip dasar dan metode kepramukaan.

Selamat Hari Kepanduan Sedunia. Ingat selalu pesan Baden Powell agar selalu siap sedia (Be prepared), baik jiwa maupun raga untuk menjalankan kewajiban.{}

Foto: The Scout Association

Share this

Baca
Artikel Lainnya