Tepat pada pukul 14.58 waktu setempat, KF-21 lepas landas dari runway Sayap Pelatihan Terbang Ketiga Angkatan Udara Republik Korsel di Sancheon, Provinsi Gyeongsang Selatan, Selasa, 17 Januari 2023. Seperti dikutip dari The Korea Herald, Jet Tempur yang diberi julukan Boramae tersebut akhirnya berhasil terbang dengan kecepatan supersonik untuk pertama kalinya.
Menurut Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Korsel, prototipe keempat jet tempur generasi 4,5 melampaui kecepatan suara (Mach 1) pada ketinggian 40 ribu kaki pada pukul 15:15. Akhirnya setelah terbang selama 56 menit di perairan selatan Korsel, pesawat tempur (fighter aircraft) kolaborasi Korsel dengan Indonesia itu mendarat pada pukul 15.54.
Sebelum berhasil diterbangkan dengan kecepatan supersonik pada purwarupa keempat, KF-21 Boramae (elang) telah berhasil melakukan tiga kali uji terbang. Pertama pada 19 Juli 2022, kemudian prototipe kedua pada 10 November 2022, terakhir atau purwarupa ketiga pada 5 Januari 2023.
Sejak pertama kali melakukan uji terbang (flight test) pada 19 Juli 2022, tiga prototipe Boramae telah terbang lebih dari 80 kali. Namun dengan kecepatan kurang dari Mach 1 atau belum melampaui kecepatan suara. Baru pada prototipe keempat, jet tempur kebanggaan Korsel dan Indonesia yang menjadi negara mitra berhasil terbang melampaui kecepatan suara.
Sebagai informasi, sudah enam purwarupa yang diproduksi untuk melakukan uji terbang. Artinya setelah empat prototipe berhasil diterbangkan dan berhasil mencapai target yang ditetapkan, tinggal dua purwarupa yang akan menjalani test flight sesuai jadwal.
DAPA Korsel menjelaskan keberhasilan penerbangan supersonik prototipe keempat KF-21 Boramae telah memberikan dua implikasi signifikan. Keduanya terkait erat dengan proses penelitian dan pengembangan/research and development (R&D) pesawat.
Pertama, keberhasilan itu mengkonfirmasi jika KF-21 memiliki stabilitas struktural pada kecepatan supersonik. Artinya pada saat telah berhasil melampaui kecepatan suara, gelombang kejut yang terjadi di pesawat maupun sirkulasi udara di sekitar jet tempur yang tidak stabil terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap stabilitas Boramae.
Stabilitas KF-21 dapat mengatasi gelombang kejut yang terjadi pada saat pesawat mencapai kecepatan supersonik. Integritas struktural jet juga tidak menunjukkan perubahan berarti ketika pesawat terbang melampaui kecepatan suara (supersonik).
Kedua, Boramae menjadi pesawat tempur buatan Korsel yang menjadikan Indonesia sebagai negara mitra menjadi pesawat buatan dalam negeri pertama yang berhasil mencapai kecepatan supersonik. Sebelumnya, pada 2003, T-50 Golden Eagle buatan Korsel memang pernah terbang dengan kecepatan supersonik, namun masih menggunakan teknologi yang berasal dari Lockheed Martin, produsen jet tempur asal Amerika Serikat (AS). Tetapi 20 tahun kemudian, KF-21 Boramae berhasil melakukan uji terbang dengan kecepatan supersonik. Keberhasilan tersebut tentunya patut dibanggakan Korsel maupun Indonesia.
Transfer Teknologi
Dalam kerjasama pertahanan antara dua negara seperti proyek pengembangan Jet Tempur Supersonik KF-21 Boramae, Indonesia sebagai negara yang menjadi mitra tentu saja memiliki hak untuk menerima transfer teknologi. Terkait Transfer of Technology (ToT), kedua negara telah bersepakat mengenai adanya kemungkinan pembatasan atau limitasi dari Technology Source Nation (TSN). Jadi masing-masing pihak akan berusaha sebaik mungkin untuk memperoleh persetujuan dari negara pemilik teknologi. Artinya kedua negara telah menyetujui akan menerima hasil dari usaha yang dilakukan untuk mendapatkan persetujuan dari TSN. Dalam proyek KF-21 Boramae, ToT meliputi tiga hal sebagai berikut:
- Technical assistance, yaitu segala bentuk pelatihan, konsultasi dan supervisi yang berkaitan dengan tugas atau pekerjaan dalam kerangka Engineering and Manufacturing Development Phase (EMD Phase).
- Technical data yaitu semua data teknis yang terkait dengan pengembangan jet tempur yang pada awalnya diberi nama Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment (KF-X/IF-X).
- Know-how yaitu semua informasi dan pengetahuan yang masuk dalam kategori konfidensial terkait dengan EMD yang tidak tertulis dan tidak terdokumentasi secara digital.
Terkait tiga poin dalam ruang lingkup ToT ini, dapat disimpulkan jika TOT yang diberikan oleh Pemerintah Korsel terhadap Republik Indonesia (RI) berupa pengetahuan, data serta pengalaman dalam pengembangan pesawat tempur.Mulai dari para insinyur (engineer) hingga Test Pilot Indonesia yang diperoleh selama pelaksanaan EMD Phase. Tentu saja ToT akan sangat bermanfaat untuk peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) Indonesia untuk pengembangan industri dirgantara nasional di masa depan.
Sebelum mengakhiri tulisan singkat ini perlu dikemukakan jika Pemerintah Korsel dan RI telah menyepakati pembangunan enam unit pesawat prototipe. Satu dari enam pesawat purwarupa tersebut akan diserahkan kepada pemerintah RI.
Selain itu, kedua negara juga sudah menyetujui jika pelaksanaan uji terbang (flight test) dilaksanakan di Korsel dengan melibatkan engineer beserta test pilot dari kedua belah pihak. Dari enam unit prototipe pesawat, dua unit diantaranya tidak melakukan uji terbang, karena hanya didesain untuk menjalankan uji darat (test on the ground).
Jadi berdasarkan uraian di atas, tidak berlebihan jika disimpulkan Korsel dan Indonesia yang telah menjalin kerjasama sejak 2009 akan memiliki masa depan yang sangat cerah untuk mengembangkan industri dirgantara di masing-masing negaranya. {}
Foto: Angkatan Udara Korea Selatan