Keberhasilan uji terbang (test flight) jet tempur kolaborasi Korsel dan Indonesia tersebut dikemukakan Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Korsel.
Uji terbang ketiga dilakukan setelah prototipe pertama berhasil pada 19 Juli 2022. Kemudian, purwarupa kedua sukses melakukan test flight pada 10 November 2022.
Berbeda dengan dua prototipe sebelumnya, purwarupa ketiga menurut DAPA dilengkapi dengan teknologi untuk melakukan tes kecepatan dan berat pesawat serta menjadi pembuka jalan menguji kemampuan tambahan jet tempur generasi 4,5 tersebut.
Sebagai informasi, test flight prototipe pertama dilakukan untuk menguji kecepatan. Sementara uji terbang purwarupa kedua dilakukan untuk mengevaluasi beban struktural jet tempur.
DAPA menyampaikan tiga prototipe selanjutnya yaitu purwarupa keempat, kelima dan keenam akan segera menjalani uji terbang pada semester pertama 2023.
Selain itu DAPA juga menjadwalkan hingga Februari 2026 akan dilakukan sebanyak 2000 uji terbang terhadap KF-21 Boramae yang pada awalnya diberi nama Korea Fighter eXperiment/Indonesia Fighter eXperiment (KFX/IFX).
Pengganti F-4 dan F-5
Pada awalnya pengembangan KF-21 Boramae dilakukan pemerintah Korsel untuk menggantikan skadron tempur F-4 Phantom dan F-5 Tiger buatan Amerika Serikat (AS) Angkatan Udara Republik Korea/Republic Of Korea Air Force (ROKAF) yang sudah tua.
Setelah menjalani dua ribu kali uji terbang, Boramae yang jika diterjemahkan bebas dalam bahasa Indonesia berarti elang akan mulai diproduksi secara massal pada 2026. Pada fase selanjutnya atau enam tahun setelah diproduksi, sekitar 2022, ROKAF berencana untuk membeli kemudian mengoperasikan 120 unit Boramae untuk memperkuat skadron tempurnya.
Seperti diberitakan di berbagai media, DAPA mengklaim Boramae adalah pesawat tempur pertama yang diproduksi menggunakan teknologi lokal. Hal itu memperlihatkan kemampuan Korsel memproduksi pesawat tempur secara mandiri. Boramae diharapkan dapat menjadi titik awal sekaligus pijakan untuk meningkatkan kualitas produksi pesawat tempur beserta senjata yang diproduksi di dalam negeri Korsel.
Sebagai informasi, kandungan lokal komponen Boramae sudah mencapai 65 persen yang dapat diproduksi di negeri ginseng.
Kolaborasi dengan Indonesia
Di fase awal, pada saat Korsel masih pada tahap mencari rekan atau partner yang bisa diajak bekerja sama untuk memulai proyek pengembangan Boramae, ada beberapa negara yang langsung menunjukkan ketertarikan, bahkan telah mendaftar untuk bekerja sama. Namun Korsel justru memilih Indonesia dengan tiga pertimbangan, yaitu:
- Letak geografis Indonesia yang ideal dengan Korsel yang tidak terlalu jauh maupun dekat, sehingga kecil sekali kemungkinan kedua negara akan berkonflik. Selain itu dalam catatan sejarah kedua negara, tidak pernah sekalipun Indonesia maupun Korsel bersengketa.
- Indonesia sebelumnya telah memiliki teknologi untuk membangun pesawat terbang, salah satunya adalah CN-235, sehingga Korsel menilai sebagai salah satu negara yang telah mampu membuktikan kemampuannya di bidang teknologi kedirgantaraan.
- Indonesia adalah sebuah negara besar, bahkan yang terbesar di Kawasan Asia Tenggara. Sehingga Korsel yang terletak di Asia Timur melihat potensi Indonesia sebagai sebuah negara besar yang memiliki wilayah luas dan letak yang strategis dapat dijadikan mitra untuk menjalin kerja sama pertahanan di berbagai matra. Baik darat, laut maupun udara.
Selain ketiga pertimbangan pada fase awal, di masa depan kolaborasi kedua negara dipastikan akan terus berlanjut.
Pada Minggu, 18 Desember 2022, Direktur Anggaran Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan, dan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara, Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI), Dwi Pudjiastuti Handayani, ketika dihubungi CNBC Indonesia mengatakan jika cost share untuk proyek pengembangan Boramae sudah dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) RI 2022 dan 2023.
Mudah-mudahan kerja sama kedua negara dapat terus dilanjutkan sesuai dengan rencana awal yang telah disepakati.
Berbagai kendala pasti akan dihadapi mengingat proyek pengembangan jet tempur sarat dengan kemajuan teknologi tinggi yang akan terus menerus berkembang. Namun koordinasi dan komunikasi yang intensif antara berbagai pihak di kedua negara diharapkan dapat dilakukan dengan intensif untuk memformulasikan berbagai solusi terhadap beragam persoalan yang akan dihadapi.{}
Foto: Korea Aerospace Industries