Foto: David Peinado/Pexels
Pelajaran dari Perang Rusia-Ukraina

Date

Sebagai sebuah negara yang memiliki berbagai potensi sumber daya alam (SDA), mulai dari energi hingga mineral, Indonesia seharusnya dapat menjaga dirinya sendiri

Konflik bersenjata antara Rusia versus Ukraina telah memasuki hari ke-249 pada 31 Oktober 2022. Selain kontak senjata di medan perang, kedua negara juga terus menerus bersengketa dalam ranah propaganda di media massa hingga media sosial. 

Dikutip dari bisnis.com, ada enam poin penting terkait situasi terkini dalam perang tersebut:

  1. Rusia telah menarik diri dari kesepakatan ekspor biji-bijian yang yang difasilitasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Juli 2022 lalu. Padahal kesepakatan tersebut membuka peluang bagi Ukraina untuk mengirimkan produk pertanian.
  2. Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS), Anatoly Antonov, mengecam AS karena tidak mengutuk insiden yang disebut sebagai “tindakan sembrono oleh rezim Kyiv” ketika menargetkan Pelabuhan Sevastopol sebagai sasaran.
  3. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengatakan jika Rusia tengah mencoba untuk menciptakan kelaparan di Afrika, Timur Tengah dan Asia Selatan. Zelenskyy juga menyerukan agar PBB dan negara-negara yang menjadi anggota G20 memprotes upaya Rusia tersebut.
  4. Kementerian Pertahanan Rusia mengutarakan personel Angkatan Laut Inggris meledakkan pipa gas Nord Stream pada akhir September 2022 lalu. Namun otoritas Inggris di London membantah keterlibatan Angkatan Lautnya, dan menyerang balik jika tuduhan tersebut adalah salah satu upaya yang dilakukan Rusia untuk mengalihkan perhatian akibat kegagalan invasi di Ukraina. 
  5. Agen yang dicurigai bekerja untuk Presiden Rusia Vladimir Putin meretas telepon pribadi mantan Perdana Menteri Inggris, Liz Truss.
  6. Rusia mengatakan percepatan penyebaran senjata nuklir taktis AS B61 yang dimodernisasi di Pangkalan Pakta Pertahanan Atlantic Utara/North Atlantic Treaty Organization (NATO) di Eropa akan menurunkan ‘ambang batas nuklir’. Selain itu, Rusia juga akan mempertimbangkan hal itu dalam perencanaan militernya. 

Dinamika pasti akan terus terjadi dalam konflik yang diprediksi masih akan terus berlanjut. Masing-masing negara yang tengah bersengketa di satu sisi didukung, namun pada sisi lain juga ditentang negara-negara lain.  

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

Sebagai sebuah negara yang memiliki berbagai potensi sumber daya alam (SDA), mulai dari energi hingga mineral, Indonesia seharusnya dapat menjaga dirinya sendiri agar tidak bernasib seperti Ukraina yang tidak berdaya dan hanya menjadi objek dari Rusia. 

Hal itu dikemukakan oleh Inspektur Jenderal Polisi Purnawirawan (Irjen Pol. Purn) Eko Hadi Sutedjo, dalam Audiensi Pengenalan Forum Komunikasi Industri Pertahanan (Forkominhan) yang digelar secara hybrid, pada Rabu, 19 Oktober 2022.

Pada acara bertajuk “Mengapa Perlu Forum Komunikasi Industri Pertahanan?” tersebut, Eko mengingatkan sebagai sebuah negara besar, Indonesia tidak boleh lengah dalam menyikapi berbagai dinamika yang terjadi di kawasan maupun secara global, termasuk perang antara Rusia melawan Ukraina.

Kewaspadaan, kata Eko yang pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Banten pada 2011 itu, sangat dibutuhkan agar Indonesia tidak menjadi sasaran atau objek seperti Ukraina.   

Namun Eko juga sangat prihatin ketika mengamati berbagai potensi Indonesia yang sama sekali tidak memperoleh perhatian.

Menurutnya semua pihak pada saat ini sedang sibuk mempersiapkan Pemilihan umum (Pemilu) serentak pada 2024. Oleh sebab itulah Forkominhan hadir untuk menjembatani para pemangku kepentingan agar dapat merumuskan strategi sekaligus cita-cita terkait dengan pertahanan nasional. 

Terkait pertahanan nasional, industri pertahanan (Inhan) tentu saja memiliki pengaruh yang sangat signifikan. Karena itulah, eksistensi Inhan di sebuah negara, termasuk Indonesia, harus terus dijaga dan tidak selalu harus bergantung kepada alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Jadi harus ada kekuatan-kekuatan tertentu yang dapat menjadikan inhan memiliki kemampuan untuk hidup secara mandiri dan didukung dengan berbagai macam kebijakan beserta sumber daya yang berkualitas.  

Eko yang pernah diberi amanah sebagai Staf Ahli Bidang Standarisasi Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) pada 2017 hingga 2020 berpendapat, Forkominhan hadir untuk mendampingi inhan merumuskan solusi untuk menyelesaikan isu-isu yang dihadapi. Eko yang kini menjabat sebagai Bendahara Forkominhan juga menegaskan jika terkait semua hal yang masih terkait dengan inhan, dapat dikomunikasikan oleh Forkominhan ke pihak-pihak terkait yang menjadi pemangku kepentingan (stakeholder). Mulai dari pemerintah hingga parlemen dan pengguna. 

Terakhir, sebelum mengakhiri presentasinya, Eko menyatakan siap menjembatani kepentingan-kepentingan yang selama ini termarginalisasi karena prioritas perhatian pemerintah. Menurutnya Forkominhan memiliki sumber daya manusia (SDM) yang sangat berkompeten sekaligus mampu membuka ruang untuk mengkomunikasikan berbagai kendala yang dihadapi.

Itu semua menurutnya harus dilakukan dengan kerja sama atau kolaborasi dari seluruh stakeholder, agar Indonesia dapat menjadi negara yang disegani sekaligus diperhitungkan karena memiliki ekosistem inhan yang solid, dan terkoordinasi dengan baik, serta selalu berkomunikasi dengan intensif. {} 

Foto: David Peinado/Pexels

Share this

Baca
Artikel Lainnya