Korea Aerospace Industries (Foto: Korea Aerospace Industries)
Empat Tahap Pendanaan Pesawat Tempur Korea Selatan – Indonesia

Date

Kontribusi Indonesia dalam program joint development dengan Korea Selatan mencapai sekitar Rp24,8 triliun, dari total Rp120 triliun.

Pesawat tempur KF-21 Boramae telah berhasil melakukan uji terbang pada Jumat, 29 Juli 2022. Keesokan harinya, Sabtu, 30 Juli 2022, Korea Aerospace Industries (KAI) mengumumkan pengujian dilakukan pada pukul 11.02 pagi waktu setempat.

Pesawat produksi bersama Korea Selatan (Korsel) dan Indonesia itu terbang dari landasan pacu Sayap Pelatihan Terbang Ketiga di Sancheon, Provinsi Gyeongsang Selatan selama 39 menit setelah lepas landas.

Seperti diberitakan di berbagai media, kecepatan terbangnya mencapai 400 kilometer per jam, tidak jauh berbeda dengan beberapa uji coba yang telah dilakukan sebelumnya.

Pesawat yang diberi julukan “Boramae” dalam bahasa Korea yang berarti “Elang” dalam bahasa Indonesia itu selama uji coba berlangsung dilaporkan memperlihatkan stabilitas mesin jet yang sangat baik.

Performa berkelas Boramae yang telah berhasil dengan gemilang ketika melakukan uji terbang tentu saja membutuhkan dukungan finansial dari kedua negara yang telah bersepakat untuk menjalin kemitraan stategis.

Sejak awal sudah disepakati jika Indonesia sebagai negara mitra memberikan dukungan pendaan sebesar 20 persen. Sementara Korsel sepakat untuk berkontribusi secara finansial sebesar 80 persen.

Sebesar 20 persen berasal dari KAI, sementara sisanya sebesar 60 persen ditanggung oleh Pemerintah Korsel.

Dalam kerja sama kedua negara, bentuk dukungan yang finansial yang diberikan dalam bentuk mata yang Korsel yaitu Won.

Diperkirakan dalam program joint development, total pembiayaan sejak 2010 hingga 2016 jika dirupiahkan mencapai Rp120 triliun. Kurang lebih setelah dikalkulasi, kontribusi Indonesia adalah sebesar Rp24,8 triliun. Namun dari nominal itu, Indonesia tidak langsung menyerahkan secara menyeluruh, melainkan dalam empat tahap.

Empat tahap pendanaan

Tahap pertama, yaitu pengembangan teknologi (technology development), Indonesia mendukung pendanaan sebesar Rp100 miliar.

Tahap kedua, pada fase engineering manufacturing development, Indonesia sebagai mitra berkontribusi sebesar Rp20 triliun.

Selanjutnya, pada tahap ketiga yaitu penguasaan technology readiness, Indonesia mempersiapkan anggaran sebesar Rp700 miliar.

Tahap keempat atau pada fase terakhir yaitu untuk operasi dan instruktur sebesar Rp4 triliun.

Perlu digarisbawahi, pada tahap keempat, Indonesia sebagai negara mitra strategis Korsel akan memperoleh berbagai keuntungan. Salah satunya adalah penyerapan anggaran oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Pada fase terakhir ini, PTDI akan membeli dari beberapa laboratorium pengujian pesawat tempur untuk pembuatan komposit.

Jadi tidak berlebihan jika kerja sama antara kedua negara harus terus dilanjutkan setelah uji coba terbang berhasil dilaksanakan dengan sukses.

Sekadar informasi, setelah Boramae berhasil mengangkasa, Korsel langsung menjadi anggota baru grup elite negara-negara di dunia yang menjadi produsen jet tempur supersonik. Negara ginseng itu selevel dengan Amerika Serikat, Rusia, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Prancis, Swedia, Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol.{}

Foto: Dok. Korea Aerospace Industries

Share this

Baca
Artikel Lainnya