Tahap Pengembangan Pesawat Tempur Korsel-Indonesia

Date

Sebanyak 52 insinyur asal Indonesia terlibat dalam proses pengembangan pesawat KF-21 Boramae dari hulu hingga ke hilir.

KF-21 Boramae, pesawat jet tempur hasil kolaborasi Korea Selatan (Korsel) dengan Indonesia, dikabarkan akan melakukan uji terbang untuk pertama kalinya pada akhir Juli 2022.

Seperti diberitakan di berbagai media, jet tempur generasi 4,5 itu telah melalui 50 persen program uji secara menyeluruh dan 95 persen proses pengujian di darat. Tahap pengujian tersebut harus dilalui sebelum uji terbang perdana dilakukan.

Kedua negara yang bermitra dalam pengembangan KF-21 tentu berharap uji terbang akan berlangsung dengan lancar dan tidak mengalami kendala yang berarti. Perlu diketahui jika Korsel dan Indonesia telah bekerja sama dalam rentang waktu kurang lebih 12 tahun sebelum uji terbang perdana.

Kemitraan bilateral dimulai sejak kedua negara menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) pada 15 Juli 2010. Setelah MoU ditandatangani, tahapan yang dikerjakan adalah joint development. Pada tahapan ini, fase pertama yang dilakukan adalah technology development phase yang dimulai pada 2011 hingga 2016. 

Selanjutnya pada fase kedua adalah pengembangan purwarupa/prototipe atau engineering manufacturing development phase yang dimulai pada 2016 dan baru akan berakhir pada 2026. Setelah pengembangan prototipe, maka kerjasama akan memasuki tahap produksi.

Pada tahap pengembangan teknologi, Korsel dan Indonesia mengembangkan sistem persyaratan operasional (operational requirement). Sebelum melakukan pembangunan dan mengembangkan pesawat tempur, Korsel dan Indonesia bertanya kepada Angkatan Udara dari masing-masing negara; jika berencana mendesain pesawat tempur, seperti apa kebutuhan Angkatan Udara?  

Selanjutnya jawaban dari Angkatan Udara kedua negara dijadikan masukan kemudian diolah pada tahap pengembangan teknologi. Pada akhirnya jawaban Angkatan Udara sebagai pengguna (user) menghasilkan berbagai konfigurasi sesuai dengan keinginan user.  Kemudian kedua negara mendalami teknologi identifikasi terhadap apa yang telah ditemukan untuk memenuhi konfigurasi tadi.

Ketika seluruh proses yang telah dikemukakan berjalan, Indonesia bisa mengukur sejauh mana kemampuan teknisi pesawat tempur yang dimiliki. Sebagai informasi, para teknisi yang berasal dari Indonesia sama sekali belum memiliki kemampuan pembuatan termasuk mendesain pesawat tempur. 

Dari kerja sama dengan Korsel, diharapkan Indonesia dapat menguasai sebesar 50 persen dari teknologi inti pesawat tempur. Sebanyak 52 insinyur asal Indonesia terlibat dalam proses pengembangan pesawat dari hulu hingga ke hilir. Jadi tidak berlebihan jika dari 52 insinyur yang terlibat mampu menguasai sebesar 50 persen teknologi yang dilakukan dalam waktu empat hingga lima tahun. 

Seperti dikutip dari cnnindonesia.com, KF-21 Boramae akan didukung mesin ganda General Electric F414-GE-400K. Jet Boeing F/A-18 E/F Super Hornet juga menggunakan mesin yang sama. Kecepatan mach 1,83 (2.260 Kilometer (Km)/jam) dapat dihasilkan oleh mesin tersebut. Sementara daya tempuh KF-21 Boramae adalah sejauh 2.900 Km.  

Di pasar alutsista global, KF-21 akan berkompetisi dengan pesawat tempur sejenis yaitu generasi 4,5 seperti F-15E/EX Strike Eagle produksi Amerika Serikat (AS), Chengdu J-10C produk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Su-35 Rusia {}.

Share this

Baca
Artikel Lainnya