Drone tempur buatan Turki yang rencananya akan diakuisisi TNI-AU. Foto: Baykartech.com
Keunggulan dan Tantangan Pesawat Tempur Tanpa Awak TNI-Angkatan Udara

Date

Pesawat Tempur Tanpa Awak dirancang untuk melakukan operasi pertempuran di udara, dapat dikendalikan dari jarak jauh oleh operator manusia maupun menggunakan sistem kecerdasan buatan.

Dalam waktu dekat, Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara (TNI-AU) akan memperoleh Pesawat Tempur Tanpa Awak/ Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV). Hal itu dikemukakan oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Mohamad Tony Harjono dalam berbagai kesempatan, salah satunya dalam wawancara eksklusif dengan Kompas TV, beberapa waktu lalu. KSAU mengutarakan UCAV yang akan dioperasikan memiliki spesifikasi Medium Altitude Long Endurance (MALE). Selain itu, diungkapkan oleh KSAU jika UCAV MALE memiliki kemampuan Beyond Line Of Sight (BLOS).

UCAV dirancang untuk melakukan operasi pertempuran di udara. Pesawat dapat dikendalikan dari jarak jauh oleh operator manusia maupun menggunakan sistem kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) sehingga dapat beroperasi secara otonom. Sangat menarik untuk mempelajari kelebihan dan kekurangan UCAV yang dioperasikan oleh operator manusia maupun AI. Namun artikel ini akan menjelaskan terlebih dahulu tentang kelebihan dan kekurangan UCAV.

Spesifikasi 

UCAV MALE dirancang agar dapat terbang pada level menengah pada ketinggian 10 ribu hingga 30 ribu kaki. Di satu sisi, ketinggian itu sangat ideal untuk menghindari ancaman dari sistem pertahanan udara jarak pendek milik musuh. Sementara di sisi lain, pesawat tetap dapat mengamati sekaligus menyerang target dengan tingkat akurasi yang tinggi. 

Pesawat dapat bertahan di udara lebih dari 24 jam sehari. Ketahanannya memungkinkan pengawasan intensif sekaligus dapat melakukan pengumpulan data intelijen yang komprehensif tanpa perlu kembali ke pangkalan/return to base (RTB) untuk mengisi bahan bakar.

Kemampuan Beyond Line of Sight (BLOS) memungkinkan UCAV MALE dapat dikendalikan dari jarak jauh menggunakan jaringan satelit atau komunikasi lainnya. Kendali dari jarak jauh menjadikan UCAV dapat beroperasi di area yang jauh dari pusat kendali sehingga dapat memperluas ruang lingkup operasi. 

BLOS juga memungkinkan pengendali UCAV dapat memberikan reaksi cepat/quick response terhadap situasi yang berubah dengan sangat dinamis di area pengintaian hingga medan tempur. Quick response memberikan fleksibilitas dan keunggulan taktis dalam pertempuran di udara.

Drone tempur Baykar Foto: Baykartechnology.com

Keunggulan UCAV

Ada empat hal yang dapat dikemukakan terkait dengan keunggulan UCAV MALE yang memiliki kemampuan BLOS. Pertama adalah keamanan personel yaitu penerbang tempur yang dapat dihilangkan sama sekali karena tidak dibutuhkan pilot untuk menerbangkan pesawat tempur tanpa awak. 

Kedua terkait dengan efisiensi operasional karena UCAV dapat menjalankan misi secara otonom dengan bantuan AI maupun semi otonom yang melibatkan manusia. Dampaknya beban kerja dan tanggung jawab operator dapat dikurangi sehingga dapat lebih difokuskan untuk menyusun strategi agar proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan penuh pertimbangan dan kehati-hatian.     

Ketiga adalah tentang fleksibilitas, dimana UCAV dapat digunakan untuk berbagai jenis misi; mulai dari pengintaian, serangan udara ke darat /air to ground maupun udara ke udara/air to air hingga patroli maritim. Penggunaan untuk berbagai misi yang multi fungsi/versatilitas ini membuat UCAV menjadi aset penting dalam gudang senjata/arsenal militer modern.

Terakhir atau yang keempat, adalah biaya operasional yang rendah jika dibandingkan dengan pesawat tempur berawak, UCAV tentu saja lebih murah dalam hal ongkos produksi, pemeliharaan/maintenance hingga biaya operasional. Ketiga hal itu membuka peluang yang lebih besar untuk mengalokasikan anggaran pertahanan udara yang lebih efisien.  

Dari empat kelebihan yang telah diuraikan, pengoperasian UCAV oleh TNI-AU akan memberikan keuntungan strategis yang sangat signifikan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan udara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

Kemampuan pengawasan/monitoring hingga pengintaian/surveillance yang memiliki ruang lingkup luas akan memperkuat postur pertahanan. Sementara kemampuan untuk menyerang yang presisi juga akan meningkatkan kapabilitas sekaligus memberikan respons yang jauh lebih cepat ketika menghadapi ancaman dari musuh.  

Tantangan dan Solusi

Selain kelebihan yang telah diutarakan, rencana operasi UCAV di NKRI juga akan menghadapi berbagai tantangan. Berikut tiga tantangan utama yang diprediksi akan dihadapi dalam waktu dekat; pertama terkait erat dengan keamanan siber/cyber security, yaitu perlindungan terhadap serangan siber harus dapat dipastikan dan terus menerus ditingkatkan untuk memastikan kontrol UCAV tidak diretas oleh musuh dalam pengertian negara lain/asing maupun pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab seperti organisasi teroris hingga kelompok peretas/hacker.   

Kedua mengenai integrasi sistem dimana UCAV harus diselaraskan dengan sistem pertahanan yang telah dimiliki oleh TNI-AU maupun sistem pertahanan udara yang dimiliki TNI-Angkatan Laut (AL) maupun TNI-Angkatan Darat (AD). Koordinasi, komunikasi hingga sinergi perlu segera dilakukan oleh ketiga angkatan terutama terkait dengan adaptasi teknologi.     

Terakhir sekaligus yang terpenting adalah pelatihan/training personel TNI-AU untuk mengoperasikan dan memelihara UCAV untuk memastikan efektivitas yang lebih maksimal dalam operasi. 

Beranjak dari empat kelebihan dan tiga tantangan yang telah diutarakan, maka dapat disimpulkan jika pengadaan UCAV oleh TNI-AU adalah sebuah langkah strategis yang sangat penting untuk kemajuan pertahanan udara Indonesia. Keunggulan teknologi, terutama yang berkaitan erat dengan upaya suatu negara untuk meraih superioritas di udara/air superiority sangat dibutuhkan untuk menghadapi perang di masa depan yang terus menerus berkembang tanpa henti. 

Namun bukan berarti kehadiran pesawat tempur tanpa awak akan menjadikan TNI-AU tidak lagi membutuhkan penerbang tempur/fighter pilot. Pada artikel berikutnya, sesuai dengan pengalaman sebagai penerbang tempur di TNI-AU, saya akan mencoba menguraikan secara komprehensif sinergi yang dapat dilakukan antara fighter pilot dengan pesawat tempur tanpa awak.{}  

Share this

Baca
Artikel Lainnya