Ilustrasi prajurit di medan perang. Foto: Pixabay
Perang Generasi Kelima

Date

Pemerintah Korea Utara (Korut) bereaksi keras terhadap latihan militer yang digelar oleh negara tetangganya, Korea Selatan (Korsel). Korut mengingatkan, bisa terjadi perang nuklir jika Korsel bersama dengan Amerika Serikat (AS) tidak menghentikan latihan militer gabungan yang digelar oleh kedua negara di wilayah Korsel.

Juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korut telah merilis pernyataan resmi kepada kantor berita pemerintah negeri komunis tersebut yaitu KCNA, Selasa, 5 Maret 2023. Rilis itu mengecam latihan gabungan sekaligus simulasi perang yang digelar oleh militer Korsel dan AS sebagai aksi yang gegabah sekaligus reaksioner.

Korut juga menegaskan jika simulasi yang digelar adalah ancaman dan bukan sekadar latihan. Kemhan Korut juga menekankan jika gelar pasukan yang dilakukan Korsel bersama dengan AS dapat memicu invasi Korut ke Korsel. Seperti diberitakan di berbagai media, selama beberapa tahun terakhir, Korut intens melakukan uji coba berbagai teknologi rudal dan beragam senjata strategis lainnya.

Generasi Kelima

Penggunaan alat utama sistem senjata (Alutsista) modern berteknologi tinggi seperti rudal jelajah Korut dapat dijadikan penanda perang modern yang mulai memasuki generasi kelima/ five War Generation (5 WG). Konsepsi 5 WG meliputi penggunaan pendekatan yang lebih luas dan kompleks dalam pertempuran seperti melibatkan dimensi non-militer mulai dari politik, ekonomi, hingga informasi. Jadi 5 WG bukanlah perang konvensional yang hanya melibatkan kekuatan militer, namun merupakan serangkaian operasi yang melibatkan pengaruh dan manipulasi di seluruh spektrum kehidupan masyarakat.

Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari 5 WG:

Penggunaan Informasi dan Propaganda;
menekankan penggunaan informasi sebagai alat utama untuk mempengaruhi opini publik dan memanipulasi persepsi. Propaganda, psikologi sosial, dan kampanye media menjadi senjata penting untuk mencapai tujuan strategis.

Operasi Simultan di Banyak Front;
tidak hanya melibatkan pertempuran militer konvensional, tetapi juga melibatkan operasi di bidang politik, ekonomi, dan ideologi secara bersamaan. Targetnya mulai dari berbagai institusi pemerintah, ekonomi, hingga masyarakat sipil.

Asimetri dan Penggunaan Kekuatan Non-Militer;
seringkali melibatkan kekuatan non-militer, seperti kelompok teroris, kelompok sayap lunak, dan perang siber. Tujuannya adalah menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian tanpa perlu melibatkan konflik militer langsung.

Pemanfaatan Teknologi Canggih;
teknologi informasi dan komunikasi memainkan peran kunci. Penggunaan cyber warfare, propaganda online/digital, hingga spionase kolektif dapat digunakan untuk mencapai tujuan strategis.

Memanfaatkan Kelemahan Internal;
5 WG seringkali mencoba memanfaatkan kelemahan internal dalam suatu negara. Mulai dari konflik sosial, ketidakpuasan politik, atau kesenjangan ekonomi.

Bentuk Kolaborasi dan Kemitraan;
Negara-negara atau kelompok yang terlibat mungkin bekerja sama dengan aktor non-negara atau kepentingan internasional untuk mencapai tujuan nasionalnya.

Ilustrasi prajurit berbaris. Foto: Somchai Kongkamsri/Pexels.com

Perlu untuk digarisbawahi jika terminologi 5 WG tidak selalu digunakan secara konsisten, dan mungkin memiliki interpretasi yang bervariasi di antara para ahli. Namun, inti dari konsep pembagian generasi perang hingga fase kelima adalah pendekatan yang lebih holistik dan kompleks terhadap pertempuran selain aspek militer konvensional.

Pasca Perang Dingin

Tidak ada konsensus yang jelas tentang kapan 5 WG dimulai, karena konsepsi pembagian hingga lima generasi lebih merupakan kerangka kerja konseptual dibanding suatu peristiwa yang konkret. Namun, banyak ahli strategi militer mengaitkan perkembangan perang generasi kelima dengan era pasca Perang Dingin, khususnya pada periode setelah tahun 2000.

Beberapa faktor yang dianggap memicu berkembangnya perang generasi kelima yang melibatkan perubahan dalam teknologi informasi serta komunikasi. Dimulainya globalisasi, serta transformasi politik dan ekonomi di seluruh dunia, khususnya, revolusi teknologi informasi dan perkembangan media sosial telah memberikan dampak signifikan dalam memfasilitasi perang generasi kelima dengan memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan merata.

Peristiwa atau konflik tertentu yang sering dikaitkan dengan perang generasi kelima termasuk strategi yang digunakan dalam konflik di Timur Tengah, seperti perang melawan terorisme pasca-serangan 11 September 2001. Penerapan taktik non-konvensional, pengaruh informasi melalui media sosial, dan penggunaan kekuatan non-militer adalah elemen-elemen yang dianggap sebagai karakter 5 WG.

Sekali lagi perlu diingatkan jika konsepsi dan karakter perang generasi kelima masih menjadi bahan diskusi dan penelitian di kalangan ahli strategi militer. Oleh sebab itu berbagai definisi yang dikemukakan masih bervariasi sesuai dengan dinamika yang masih terus terjadi hingga hari ini.

Oleh sebab itu, berbagai kajian harus terus dilakukan secara komprehensif terhadap berbagai fenomena yang terjadi di seluruh belahan dunia. Potensi perang yang terjadi di Semenanjung Korea, konflik yang semakin memanas di Laut Tiongkok Selatan, hingga kawasan Timur Tengah yang masih terus membara tidak boleh lepas dari perhatian Indonesia. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia harus hadir dan memainkan peran strategis, baik di kawasan maupun pada level internasional. Terakhir, sekaligus yang terpenting, Tentara Nasional Indonesia (TNI) baik matra darat, laut maupun udara harus dapat melihat keluar (outward looking) agar postur pertahanan nasional dapat dirumuskan sesuai dengan dinamika yang terjadi pada tataran global sesuai ancaman yang potensial untuk dihadapi di masa depan.{}

Share this

Baca
Artikel Lainnya